● Chapter 53 ●

2.4K 47 3
                                    

BAWA DIA KEMBALI

"Aku ingin merasakan kebahagian yang lebih lama bersama kamu"

🍸🍸🍸

"Alaska! Bangun sayang, bangun! Papa gak mau kehilangan kamu, nak! Ayo bangun! Buka mata kamu! Tatap nak, tatap wajah papa, usap air mata papa! Ayo cepat buka mata kamu Alaska! jangan tinggalin papa..."

"Mas, kamu yang sabar ya mas, kamu harus bisa mengikhlaskan kepergian Alaska."

Dua jam telah berlalu dari pengangkatan motor serta jasad Alaska oleh pihak kepolisan kota Bandung. Saat ini, jasad cowok itu sedang berada di rumah duka, lebih tepatnya, di rumah Hadin.

Di halaman rumah, suasana haru tidak bisa dihindari, terutama Hadin dan Almetta. Keduanya merasa sangat terpukul atas kepergian Alaska untuk selamanya.

Sedari kedatangan jasad Alaska beberapa menit yang lalu, selama itu pula Hadin tidak pernah berhenti menangis.

Hadin terus menggoyakan pundak Alaska, berharap, agar sang putra kembali membuka mata, tapi nyatanya tidak. Alaska tetap terbujur kaku di atas brangkas ambulan dengan kulit pucat di penuhi luka dan wajah yang setengah hancur. Tubuhnya sudah kaku.

Begitu juga yang dirasakan oleh Almetta, walaupun wanita itu tidak terlalu dekat dengan Alaska karena cowok itu selalu menganggapnya sebagai wanita pelakor yang telah merusak hubungan rumah tangga ayah dan ibunya dulu. Walaupun demikian, Almetta tetap menyayangi Alaska, mau gimanapun juga sikap Alaska terhadapanya. Almetta tidak akan pernah membenci Alaska. Karena wanita itu tahu, apa penyebab Alaska bisa sangat membencinya, dan itu bukanlah kesalahan Alaska sepenuhnya.

Bukan hanya Almetta dan juga Hadin yang sedang menangis sembari meratapi tubuh Alaska yang sudah terbujur kaku tidak bernyawa. Melainkan, di rumah duka juga ada Jihan, Clara, Karolin, enam inti anggota geng Phoenix serta anggota geng Kairez. Mereka semua sedang berkumpul jadi satu dengan rasa sedih di benak mereka.

Mereka semua juga sangat merasa terpukul atas kepergian Alaska, mereka dapat merasakan apa yang sedang dirasakan oleh Almetta dan juga Hadin.

"Alaska, please, jangan pergi ninggalin kita." Zyaing menyerka air matanya.

"Bangun Alaska... gue belum siap kehilangan lo." Romeo menggeleng tidak percaya.

"Apa jadinya nanti, geng Phoenix tanpa Alaska?" Ucap Varrez. "Geng Phoenix merasa sangat terpukul atas kepergian Alaska."

"Sumpah demi apapun, gue belum siap menerima kenyataan ini. Alaska... jangan pergi." Ujar Firgo, cowok itu tidak pernah berhenti menangis sama seperti Zyaing.

"Baru saja gue berteman baik sama Alaska, tapi sekarang? Alaska pergi ninggalin gue untuk selamanya." Batin Bian sembari merangkul Firgo.

"Lihatlah sekliling kalian, seluruh anggota geng Phoneix dan juga anggota geng Kairez, mereka semua menangis meratapi Alaska yang terbujur kaku, seorang ketua yang sangat mereka banggakan. Mereka semua sangat merasa sedih atas kepergian Alaska untuk selamanya." Romeo meratapi suasana duka di sekelilingnya.

"Sepertinya, gue gak akan pernah bisa lagi menemukan seorang ketua  pemberani seperti Alaska, gak akan pernah bisa lagi." Zyaing menggeleng pelan.

"ALASKA!" Suara dari remaja cewek itu mencuri perhatian seluruh orang yang ada di rumah duka, mereka semua menoleh ke sumber suara.

TOUCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang