● Chapter 52 ●

4.2K 56 10
                                    

TIDAK MUNGKIN

"Kenapa kebahagiaan itu sifatnya hanya sementara?"

🍸🍸🍸

"Ta, Aletta, bangun nak." Dengan pelan, Cinera menggoyakan pundak Aletta untuk membangunkan sang cucu.

"Iya, ada apa oma?" Aletta menguap sembari merubah posisi rebahannya jadi duduk. Sesekali, cewek itu mengusap matanya untuk memperjelas pengelihatannya. "Cepet banget, hari udah pagi aja. Sekarang jam berapa oma?" Tanya Aletta.

"Udah jam sepuluh, sayang." Cinera menyingkirkan bedcover yang menyelimuti tubuh Aletta. "Sekarang, buruan kamu mandi, bersihkan tubuh kamu, setelah itu kamu langsung turun ke bawah buat sarapan bareng oma, bibi, paman dan juga Jeff."

"Oke, siap oma!" Aletta mengacungkan jempolnya.

"Permisi nyonya..." Seorang pelayan datang secara tiba-tiba, membuat Aletta dan juga Cinera menoleh kepadanya dengan dahi yang mengkerut.

"Ada apa?" Tanya Cinera.

"Ada seorang remaja cowok yang sedang bertamu. Ia mencari nona Aletta." Jawab pelayan itu.

"Remaja cowok? Apakah itu Alaska? Dia kembali lagi ke rumah ini setelah tadi malam dia pergi ninggalin gue tanpa pamit terlebih dulu." Batin Aletta.

"Siapa namanya?" Tanya Cinera.

"Saya tidak tau nyonya, remaja cowok itu tidak memberitau siapa namanya. Dia hanya ingin segera bertemu sama nona Aletta. Menurut saya, sepertinya ada hal yang sangat penting yang ingin dia sampaikan kepada nona Aletta, terlihat dari raut wajahnya."

"Oke, baiklah, terima kasih atas informasinya, sekarang, silahkan kamu kembali bekerja." Perintah Cinera kepada pelayan itu.

"Baik nyonya, kalau begitu, saya permisi." Cinera hanya mengangguk sekilas, memberi isyarat agar pelayan itu segera keluar dari kamar Aletta untuk kembali bekerja.

"Oma, Aletta turun ke bawah dulu, mau menghampiri tamunya Aletta."

"Ettsss..." Cinera mencekal lengan Aletta saat cewek itu hendak turun dari atas kasur. "Kamu mandi dulu, lihat lah kondisi kamu setelah bangun tidur, sangat berantakan. Apa kamu gak malu sama penampilan kamu?"

"Baru bangun tidur Aletta udah cantik, jadi ya... santai aja oma. Buat apa malu, hihi." Aletta menyingkirkan tangan Cinera dari lengannya dengan perlahan. "Bye oma." Dengan cepat, Aletta bergegas turun dari atas kasur, berlari keluar kamar menuju lantai dasar untuk bertemu dengan remaja cowok yang dimaksud pelayan tadi.

"Aletta... Aletta..." Cinera menggeleng pelan. Wanita itu memilih untuk merapikan tempat tidur Aletta terlebih dahulu sebelum ikut turun ke lantai dasar untuk memastikan apakah sarapan keluarganya pada pagi hari ini sudah selesai disiapkan oleh pelayan rumah atau belum.

"I love you Alaska, I love you Alaska, I love you Alaska." Batin Aletta, senyumannya tidak pernah lutur dari wajahnya. Perasaan senang di dalam hatinya saat ini sedang berbunga-bunga.

Saat sampai di ruang tamu, kedua bola mata Aletta langsung tertuju kepada punggung tegap seorang remaja cowok yang sedang berdiri membelakanginya. Tanpa memanggilnya terlebih dahulu, Aletta memilih untuk langsung berlari menghampiri remaja cowok itu lalu memeluknya dengan erat dari belakang.

"Alaksa, tadi malam, kamu pulang kenapa gak pamitan dulu sama aku, sih? Sesudah kamu ngajakin aku balikan." Aletta mencium lembut punggung tegap cowok itu.

"Emmm... aaaa..., Ta, Aletta, gue bukan Alaska, gue Aksa." Mendengarnya, membuat Aletta secepat mungkin melepaskan pelukannya terhadap Aksa. Wajahnya jadi merona, karena malu sudah salah orang.

TOUCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang