● Chapter 23 ●

11.7K 87 2
                                    

JUJUR

"Hidup akan terasa tenang, jika tidak ada hal buruk yang dirahasiakan"

🍸🍸🍸

Suara dentingan yang saling bertautan antara sendok dan garpu, sedang menghiasi kegiatan makan siang suami istri tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara dentingan yang saling bertautan antara sendok dan garpu, sedang menghiasi kegiatan makan siang suami istri tersebut.

"Pelayan!" Panggil Hadin.

"Ya, ada apa tuan besar? Apakah ada yang bisa saya bantu?"

"Buatkan saya pasta, setelah makan siang ini, saya ingin bersantai di taman belakang rumah." Perintah Hadin kepada pelayan tersebut.

"Baiklah tuan besar, perintah anda, akan segera saya laksanakan. Kalau begitu. Saya permisi tuan besar."

"Iya, silahkan." Setelah dipersilahkan oleh Hadin, pelayan itu langsung bergegas pergi ke dapur, melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Hadin.

"Mas..." Panggil Almetta, membuat Hadin menoleh.

"Ya, sayang?"

"Aku ingin mengatakan sesuatu."

"Nanti saja, sayang."

"Tapi ini sangat penting."

"Sepenting apapun itu, gak baik, ngobrol saat makan."

Almetta menundukan kepala, "I-iya mas, sorry."

"No need to apologize." Hadin tersenyum. "Makan saja dulu, setelah itu, baru kamu bisa mengatakan apa yang ingin kamu katakan kepadaku."

🍸🍸🍸

Setelah makan siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah makan siang. Almetta dan Hadin bersantai di taman belakang rumah. Udaranya sangat senjuk, angin-angin menerpa wajah keduanya dengan sangat lembut.

"What do you want to say honey?" Tanya Hadin kepada Almetta.

"Hadin bakalan marah gak, ya? Saat aku mengatakan, kalau aku sudah punya seorang anak jauh sebelum menikah dengannya." Batin Almetta. "Aku takut, Hadin merasa kecewa."

TOUCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang