● Chapter 13 ●

4.3K 97 2
                                    

SEBUAH PENJELASAN

"Untuk apa memiliki hubungan kalau tidak saling percaya"

🍸🍸🍸

"Ka! Kamu kenapa, sih? Alaska!" Aletta berusaha menggapai lengan Alaska tapi selalu ditepis oleh cowok itu. Saat ini, keduanya berada di apartement Alaska.
"Alaska!" Aletta menyusul Alaska pergi menuju kamar.

"Jangan ikutin aku!"

"Kamu kenapa, sih? Kenapa kamu jadi marah kek gini?"

BRAK!

Alaska tidak menjawab, cowok itu langsung menutup pintu kamar dengan cara membantingnya hingga gemahannya terdengar ke penjuru sudut ruangan.

"Alaska, buka pintunya!"

Tok tok tok!

"Kalau kamu sedang punya masalah, kamu bisa cerita sama aku! Siapa tau, aku bisa kasih kamu solusi agar kamu bisa keluar dari masalah yang sedang kamu hadapi! Buka pintunya, Alaska!"

Tok tok tok!

"Ka!" Aletta terus mengetuk, menarik dan menurunkan knop serta mendobrak pintu. Ia berusaha agar bisa masuk ke dalam kamar.

"BUKA ALASKA!" Tidak aja jawaban.
"OKE, KALAU KAMU GAK MAU BUKA PINTUNYA, AKU BAKALAN NYAKITIN DIRI AKU SENDIRI! AKU AKAN MENYAYAT PERGELANGAN TANGAN AKU PAKE PISAU!" Setelah Aletta mengancam, tidak lama kemudian pintu kamar langsung terbuka, menampilkan figur seorang Alaska dengan wajah datar dengan tatapan teduh menatap Aletta.

"Jangan menyakiti diri kamu sendiri."
Aletta tersenyum, cewek itu berjalan mendekati Alaska lalu memeluknya.

"Kenapa kamu marah? Setelah membaca pesan yang dikirim oleh seseorang? Memangnya, apa isi pesannya?"

"Sorry, aku tidak bisa beri tau kamu." Mendengar jawaban dari Alaska, Aletta langsung melepaskan pelukannya, ia mendorong dada bidang Alaska menjauh darinya.

"Percuma pacaran kalau masih ada yang harus ditutupin!" Aletta berjalan meninggalkan Alaska menuju sofa. Aletta mengambil posisi duduk dengan tangan yang terlipat di depan dada serta mimik wajah yang cemberut.

"Aletta..." Alaska menyusul Aletta, cowok itu juga mengambil posisi duduk, bersampingan dengan Aletta. "Sorry, aku tidak bisa beri tau kamu masalah apa yang sedang aku hadapi. Karena, aku gak mau buat kamu terbebani dengan masalah yang sedang aku hadapi." Aletta tidak menjawab, cewek itu memilih untuk membuang muka ke sambarang arah.

"Aletta..." Alaska berusaha menarik Aletta ke dalam pelukannya. Tapi, dengan cepat, Aletta langsung mendorong dada bidang Alaska agar cowok itu tidak berhasil menariknya ke dalam pelukan.

"Sana, pergi, jangan deket-deket!" Usir Aletta tanpa menoleh sedikitpun untuk menatap wajah Alaska. "I'm annoyed with you!"

"Sorry Aletta, aku ti-"

"Aku ini pacar kamu. Aku sudah menjadi salah satu bagian dari hidup kamu. Susah senang akan kita laluin bersama, jadi, sepelik apapun masalah yang sedang kamu hadapi. Aku akan selalu siap buat bantu kamu keluar dari masalah tersebut."

Alaska terdiam, ia mengelus pundak Aletta, menatap wajah sang pacar dari samping. Sangat cantik.

"Kamu tadi bilang, kalau kamu gak mau buat aku merasa terbebani dengan masalah yang sedang kamu hadapi. Benae kan?"

"Iya."

"Dan asal kamu tau, aku tidak akan pernah merasa terbebani sama sekali sama masalah yang sedang kamu hadapi. Malahan, aku akan merasa sangat senang kalau aku harus terbebani. Karena apa? Beban itu bisa membantu aku dalam menolong orang yang aku cintai agar bisa keluar dari masalah yang sedang dia hadapi." Jelas Aletta, berusaha meyakinkan Alaska, jika ia tidak akan terbebani dengan masalah yang sedan Alaska hadapi.

TOUCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang