.
🌞MORE OMEGA🌻
.Gulf melebarkan langkahnya menuju kamar hotelnya, seusai jalan-jalan nya tadi bersama jja dan membeli oleh-oleh untuk orang rumah, akhirnya Gulf selesai dan langsung bergegas ke kamarnya, mungkin sedikit akan meregangkan otot-otot nya yang sejak tadi ia bawa kesana kemari cukup untuk mengembalikan staminanya untuk besok ia akan pulang ke Bangkok.
Gulf memasuki kamar menyusuri setiap sudut ruangan yang terlihat gelap. Sunyi, itu yang Gulf rasakan. Hatinya lagi-lagi nyeri, yang dimana tempat ini menjadi saksi bisu antara Gulf dan Mew memulai kesalahan itu.
Mentari yang tadinya bertengger di atas kepala sekarang sudah terganti dengan pekatnya malam, rasa itu seakan berkumpul di otak gulf, seolah memang dari awal sudah ada yang mengomandoi untuk berbaris dengan rapih.
Untuk kesekian kalinya Gulf meneteskan cairan bening dari matanya kala ia paksakan garis bibirnya untuk melengkung dengan sangat pahit.
Rasanya benar-benar sesak, dimana memori pagi itu berputar Dengan sangat teratur. Huftt apa kah ini rasanya patah hati, apakah ini rasanya mencintai sendiri, begitu sakit sampai menghirup udara pun terasa tercekat.
Masih diambang pintu, Gulf menghembuskan nafasnya berkali-kali, pasokan udara diluar yang tadinya ia hirup banyak-banyak telah sirna entah kemana ketika ia membuka pintu kamar ini.
Apakah waktu lima hari bisa menjamin Gulf benar-benar sudah menaruh hati kepada Mew?, Tapi jika memang itu hanya perasaan Gulf saja yang dimana Mew awalnya memperlakukan Gulf dengan sangat baik, kenapa sekarang hatinya benar-benar perih dan nyeri. Jika perasaan Gulf bercanda, tak mungkin Gulf mengeluarkan berliter-liter air mata untuk hari ini.
Konyol.
Satu kalimat yang Gulf akui bahwa saat ini ia memang benar-benar konyol.
Gulf menghapus air matanya dan memasuki kamarnya.
Membantingkan tubuhnya di atas kasur king size yang terasa lembut dan nyaman.
"Mae pho Gulf pulang. Tapi kenapa rasanya berat meninggalkan tempat ini" Lirih Gulf meneteskan lagi dan lagi liquidnya, mengalir jatuh diatas sprai yang mulai basah.
"Mae pho hati Gulf sakit hiks" Gulf terus menatap gipsun putih dikamar nya dengan pikiran melayang.
Liquidnya seolah berkumpul di pelupuk matanya, menunggu akan kapan liquid itu jatuh.
"Uhuk huks kenapa dadaku sesak hiks" Gulf mulai memukul dadanya yang terasa menyempit.
"Mae pho apa ini hiks rasanya patah hati hiks, ini terlalu sakit hiks" Gulf terus menangis ditemani dengan hawa malam yang sangat menusuk tulang.
Drttt.
Bunyi pesan dari ponsel Gulf berdering, Gulf merogoh saku celananya masih dengan posisi berbaring lalu menggulir layar ponsel dengan lincah.
"Gulf sudah makan malam?"
Gulf memejamkan matanya, meneteskan air matanya yang sudah mengumpul itu. Kenapa rasanya susah untuk menjauh dari Mew, kenapa disaat Gulf tengah berusaha melupakan nya malah Mew seolah menyuruh Gulf maju untuk mengejarnya.
Apa Mew pikir perasaan Gulf seperti orang yang tengah belajar tulisan aksara Thailand, dimana ia harus meraba-raba dan menerka-nerka terlebih dahulu?. Dan ketika ia sudah jengah dan ia lelah malah memilih aksara lain.
Jika memang begitu, mew harus dimasukkan dalam list alpha yang brengsek, dimana ia sudah merasakan tubuh Gulf malah Gulf dicampakan dengan mudahnya. Yah walaupun itu pun ada kesalahan dari Gulf juga.
Gulf memilih keluar dari room chat dan menggulir mencari kontak Mae nya, rasanya ketika ia sedang sedih begini ia jadi rindu akan Omelan Mae nya.
Tuttttt tuttttt (tersambung)
"Hallo Mae" Seru Gulf lirih seraya menahan air matanya agar tak keluar lagi.
"Iya sayang" Terdengar suara wanita paruh baya diseberang sana.
"Mae sedang apa?" Tanya Gulf yang tiba-tiba buntu akan berbicara apa.
"Mae sedang membersihkan dapur sayang, ada apa. Apa ada masalah?" Ujar Mae dengan nada khawatir.
"Tidak ada apa-apa Mae, hanya saja Gulf rindu" Ucap Gulf menahan isaknya, mendengar suara Mae nya malah membuat hatinya nyeri.
"Heyy Gulf kenapa denganmu"
"Mae maapkan Gulf yang tidak mendengarkan mae, Gulf memang anak yang nakal" Gulf semakin lirih. Benar-benar ia tak kuat menahannya.
"Astaga kau kenapa sayang, apa di Swiss kau mendapatkan masalah? Apa heat mu datang lebih awal?" serentetan pertanyaan Mae lontarkan kepada Gulf yang membuat Gulf tersenyum pahit.
"Justru heat Gulf datang lebih awal Mae dan itu pun dibantu phi Mew" Tentunya Kalimat itu hanya menjadi monolog didalam diri Gulf. Gulf sudah mengecewakan Mae, pho nya dan tentu saja nice yang akan ikut kecewa.
"Gulf tak apa-apa Mae, Gulf besok pulang na" Ucap Gulf.
"Lah kenapa pulang cepat, bahkan ini baru lima hari, Gulf bilang akan seminggu disana" Tanya Mae bingung.
"Gulf pulang cepat karena ingin berjaga-jaga saja takut heat Gulf datang dan sedangkan Gulf masih disini" Dusta Gulf.
"Ahhh benar, kalau begitu Mae besok akan membuatkanmu steak daging"
"Baiklah Mae, kalau begitu Gulf tutup dulu na"
"Baiklah, tidur lebih awal jangan tidur malam-malam" Ucap Mae sebelum Gulf benar-benar memutuskan sambungan nya.
Gulf menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Kau pasti bisa Gulf, tinggalkan Swiss dan hiduplah di Bangkok seperti hari-hari biasa mu tanpa dia" Ucap Gulf kepada diri sendiri lalu perlahan ia menutup matanya menjemput alam mimpinya.
Layar ponsel Gulf menyala, tertera nama Mew dan pesan nya di layar itu.
"Gulf apa kah kau sudah tidur?"
🌞MORE OMEGA🌻
Moga masih bagus dan masih konsisten yah;)
KAMU SEDANG MEMBACA
MORE OMEGA (MEWGULF) End!
Fantasy(JANJI FOLLOW AKUN INI SETELAH BACA APAPUN STORY DARI AKUN INI. TAK KENAL MAKA TAK SAYANG) "Rasanya badan ini sudah lelah! Tapi kenapa hati ini terus menuju padamu" -gulf "Jika ini kesempatan terakhir ku. Kumohon beri kepercayaan itu lagi untuk kese...