033.

4.5K 529 17
                                    

.
🌞MORE OMEGA🌻
.


Seusai percekcokan tadi selesai, dan Mew baru saja meninggalkan kediaman keluarga kanawut. Bergantilah sekarang Gulf mengasingkan dirinya di dalam kamar. Ia terus mengunci pintu ketika Mew pamit kepadanya.

Gulf merasa phonya sangat tidak adil untuknya, kenapa harus phonya yang menentang itu. Ada apa dengan kewarasan phonya, apakah pho tidak memikirkan perasaan Gulf, pho tega mengeluarkan pheromonesnya dengan kuat sampai menyakiti Gulf, dan itu semua tidak pho jelaskan dengan rinci.

Gulf terus meneteskan air matanya, jika restu tak Gulf dapatkan, itu artinya Gulf dan Mew tidak akan bisa menjalani hubungannya seperti kemarin-kemarin lalu.

Gulf terus memeluk gulingnya, air matanya selalu merembes. Otaknya di penuhi dengan semua kemungkinan yang ada, ia belum bisa jika harus berpisah dengan Mew. Kalian tau kan bagaimana Gulf sangat hancurnya ketika di pisahkan waktu dulu dengan Mew, dan itu adalah hal yang sangat menyakiti Gulf.

Bukan perkara Gulf tak menuruti ucapan phonya, hanya saja ini sudah masuk dalam lingkup perasaan. Dan apakah Gulf harus mengalah untuk kali ini, dan egois lalu menyakiti diri sendiri? Agaknya untuk hanya sekedar membayangkannya saja membuat Gulf tak kuat, apalagi kembali di masa itu lagi.

"Hiks pho jahat padaku, apakah pho tak mengerti apa yang ku maksud" Gulf terus saja terisak dan bergumam.

Ia terus memeluk gulingnya, ranjang yang tadinya kering menjadi basah karena air mata yang terus Gulf keluarkan.

Tok tok tok!

Gulf langsung terkesiap, lalu menoleh ke arah pintu. Gulf rasanya malas untuk membuka pintu itu, ia ingin sendirian. Tidak ingin di ganggu atau semacamnya.

"Nak, ini Mae. Tolong buka pintunya na" Seru Mae dari luar pintu.

Gulf terduduk, lalu mengusap air mata yang membasahi pipinya.

"Tunggu Mae" Teriak Gulf, lalu beranjak untuk membukakan pintu untuk maenya.

"Mae, ayo masuk"

Mae menatap sang anak dengan perasaan iba. Sejujurnya Mae sangat prihatin dengan semua yang Gulf alami, ia ikut sedih melihat keadaan Gulf. Mae paham akan perasaan anaknya ini, banyak beban yang pastinya anaknya pikul.

"Duduk Mae" Ujar Gulf.

"Apa kau baik-baik saja nak" Tanya Mae, seraya mengelus Surai hitam Gulf.

Mata Gulf kembali berkaca-kaca, jika di tanya begitu apakah sepadan dengan keadaan Gulf yang kacau seperti ini.

"Apakah disaat keadaanku seperti ini, aku masih bisa di katakan baik-baik saja, Mae?" Ucap Gulf dengan suara lirih.

Mae langsung merengkuh tubuh Gulf, spontan Gulf langsung menangis. Tubuhnya bergetar hebat, nyatanya dia tidak sekuat itu, ia lemah, ia tak berdaya dan itu amat sangat mencekik.

"Aku mencintai phi Mew, Mae. Kenapa pho sangat jahat kepadaku hiks, apakah aku salah mencintai phi Mew"

"Kau tidak salah sayang, hanya keadaan yang menuntutmu untuk berada di posisi yang rumit seperti ini"

"Hiks tapi kenapa Mae, kenapa harus begini. Aku mencintai phi Mew, sungguh"

Mae mendengarkan keresahan Gulf sambil mengelus pundak Gulf, Mae tau ini berat untuk Gulf tapi apakah Mae juga bisa berbuat sesuatu. Ia juga bingung, kenapa harus serumit ini. Dan nyatanya anaknya sudah tumbuh besar, ia sudah diam-diam menaruh hati kepada seseorang dan yang lebih rumitnya orang itu adalah yang dulu pernah membuat kecewa keluarga kanawut.

Sulit untuk meluluhkan hati pho Gulf, karena bukan berarti pho Gulf yang datar dan netral itu tak akan marah mengenai hal ini, justru waktu dulu pho lah orang yang terpuruk karena merasa ia gagal menjadi seorang ayah. Mae sangat tau, bagaimana suaminya itu selalu menyesali dirinya sendiri. Entah itu setiap pho melamun, pasti ia sedang menyesali bagaimana ia gagalnya menjadi seorang pemimpin.

"Phomu hanya butuh waktu, cerita Phimu dan nak Mew sungguh melekat di ingatan pho. Jadi bisakah kau pelan-pelan saja berbicara dengan pho" Ucap Mae, sedikit memberi semangat untuk sang anak. Walaupun agaknya itu sangat sulit, tapi apa boleh buat, sebelum mencoba tak baik bukan mengatakan itu sulit?.

Gulf melepaskan pelukannya, ia sudah tidak memikirkan wajahnya yang sudah kacau karena lengketnya air mata. Karena untuk memikirkan hal kecil seperti itu Gulf sudah tidak perduli.

Gulf menarik kedua tangan sang Mae, ia menggenggamnya erat.

"Mae, bisakah Mae membantu Gulf. Membantu Gulf untuk berbicara dengan pho, Gulf mohon Mae, Gulf amat mencintai phi Mew" Mohon Gulf.

"Ma-"

"Jangan membuang waktumu untuk membujukku, pergi tidur dan lupakan pria itu"

Suara dingin pho, namun sarat akan amarah itu menyela ucapan Mae. Langsung saja Gulf mendekati pho lalu bersimpuh di kaki pho.

Pho membuang mukanya ke sembarang arah, haruskah Gulf melakukan hal ini untuk meluluhkan hati sang ayah. Apakah terlalu sulit untuk Gulf bisa bersama dengan Mew, bukankah itu tak adil.

"Hiks pho, Gulf mohon. Restuilah aku dan phi Mew, pho"

"Gulf, sayang. Berdiri sayang, ayo nak kita bisa bicarakan baik-baik, kau tak perlu melakukan ini-" Bujuk Mae, yang juga mendekat "Roy! Apa kau tega melihat anakmu seperti ini, apa hatimu sekeras itu. Kau melukai Gulf, Roy" Seru Mae.

Pho masih terdiam, ia tak bergeming sedikitpun. Gulf masih sesenggukan dan memohon belas kasian kepada sang pho, biarkan semua ini di hitung untuk memperjuangkan cintanya kepada Mew, mau itu seratus kali sekalipun, jika itu bisa membuat Gulf bisa bersama Mew. Gulf akan melakukannya.

"Roy, kumohon jangan sakiti anakmu" Ucap Mae, ikut memohon. Namun pho tak ada niatan untuk mengimbali ucapan Mae atau Gulf.

Gulf manarik tangan pho, lalu ia letakkan di wajahnya. Gulf mendongak, dan pho pun reflek melihat wajah anak bungsunya, sebenarnya hatinya ikut sakit melihat anak bungsunya semenyedihkan ini. Tapi rasa kecewanya kepada Mew lebih besar untuk melihat semua kesakitan yang diderita Gulf.

"Pho hiks, liat Gulf pho. Gulf sekarang sudah besar, Gulf sekarang telah menemukan cinta Gulf. Gulf sekarang hanya meminta restu kepada pho hiks, tidak lagi dengan Gulf merengek untuk pho bela karena kalah dengan Mae. Gulf hanya menginginkan itu Pho" Suara serak Gulf seolah memantul di kamar itu, membuat suasana menjadi lebih emosional.

Pho terus menelisik wajah Gulf, mengapa ia susah untuk melepaskan Gulf kepada orang yang sama membuatnya kecewa.

"Maaf Gulf, pho tak bisa berbuat apa-apa. Lupakan Mew, dan hiduplah dengan baik sebelum kau mengenal Mew" Ucap Pho, lalu meninggalkan Gulf yang meraung-raung.

Apa? Pho bilang hiduplah dengan baik sebelum mengenal Mew. Apakah pho tak tau Gulf sudah mengalami hal itu sebelumnya, dan itu tak membuat Gulf baik-baik saja, justru Gulf merasa mati dengan perginya Mew.

"PHO! PHO... pho" Gulf terkulai lemah di lantai, nyatanya sebesar apapun yang Gulf lakukan itu tak bisa meluluhkan hati keras sang Pho.

Gulf merasakan tangan hangat Mae mulai menariknya di dalam pelukan, Gulf kembali bergetar lagi. Kenapa semesta selalu jahat kepada Gulf, jika pertemuan tak bisa membuat keduanya bersatu, kenapa dari awal keduanya di pertemukan.

Kenapa?.

🌞MORE OMEGA🌻

Maaf bgt baru bisa up skrng, karena kemarin aku minta buat istirahat dulu karena cape dan berpengaruh di tulisan aku. Jika tulisan ini kurang memuaskan dan jelek, aku minta maaf sebesar2nya🙏

MORE OMEGA (MEWGULF) End!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang