032.

4.9K 538 18
                                    

.
🌞MORE OMEGA🌻
.


Gulf POV.

"Ayo phi, masuk" Ujarku, namun ketika aku menarik tangannya ia tak ada pergerakan sama sekali.

Aku meliriknya, melihat wajahnya yang sedikit tidak bersahabat. Aku melihat semua gerak gerik yang ia perlihatkan, apa kah ia tengah takut? Ah iya tepat sekali. Wajah phi Mew sedikit memucat, apakah dia tengah memikirkan kemungkinannya. Apakah di saat seperti ini pun aku harus ikut takut dan panik.

Huft! Ini benar-benar menakutkan, sesungguhnya aku pun belum ada keberanian lebih untuk menghadapi Pho dan Mae, aku takut mereka tak menyetujuinya. Tapi apa boleh buat, ini tinggal selangkah lagi. Tinggal aku yang harus maju, tapi hey! Kenapa aku menjadi panik. Huft tenanglah Gulf, ini akan baik-baik saja.

"Phi, apa kau baik-baik saja?" Tanyaku, dan sepertinya aku mengejutkan dia. Terlihat dari wajahnya yang terlihat kaget.

"Yah, phi oke" Ucapnya, tersenyum tipis.

Tapi lain dengan hatiku, aku tau pasti, senyum itu hanya menutupi ketakutannya dan aku pun merasakan hawa di sini memang mencengkam.

Aku meraih tangan phi Mew, menyalurkan kekuatan untuk tidak berpikir yang tidak-tidak. Katakanlah sekarang aku yang akan maju, dan tugasku untuk menenangkan phi Mew.

"Gulf disini na, ayo masuk. Kita hadapi bersama" Ucapku menyemangati, lalu ia mengangguk setuju.

Saat ini bukan saatnya untuk ikut panik Gulf, saat ini mari kita selesaikan sesuatu yang membuatnya menjadi rumit. Masuk kedalam, sapa Pho dan Mae, lalu bicarakan baik-baik. Yah itu mudah, dan mari jangan lupakan untuk tetap berdo'a.

Huh! Ini benar-benar menegangkan.

Dengan semua keyakinan yang aku kumpulkan sejak tadi, aku mulai mendorong pintu rumahku. Lalu masuk dengan phi Mew di sampingku.

Ruang tamu dan ruang keluarga terlihat sepi, apa mungkin semuanya sedang ada di ruang makan? Karena memang sekarang waktu jam makan malam, dan kemungkinan besar makan malam ini akan sedikit tegang karena kedatanganku dan phi Mew.

"Kenapa sepi" Seru phi Mew.

"Sepertinya yang lain sedang ada di ruang makan, sebaiknya kita menyusul" Usulku, dan tak menunggu untuk gugup terlebih dahulu. Aku dan phi Mew langsung melangkahkan kakiku.

Dan yah, benar dugaanku. Yang lain tengah ada di ruang makan, dan di sana semua sudah terkumpul. Tidak perlu lagi mencari-cari yang belum berkumpul.

Ketika aku sadar kaitan tanganku belum terlepas dari tangan phi Mew, buru-buru saja aku melepaskan. Aku melihat ia sedikit tersentak dengan perlakuanku, namun dia pandai menutupinya. Tolong, untuk malam ini saja. Ayo lakukan dengan baik, dan tidak mengundang sesuatu yang membuat suasana menjadi kacau.

"Mae, pho!" Seruku.

Bersamaan juga setelah itu Mae dan pho menoleh, dan tertangkap lah wajah mereka yang bahagia akan kedatanganku. Disitu orang tuaku belum menyadari bahwa di sampingku ada phi Mew.

Mae yang terlebih dahulu berdiri, lalu memelukku erat. Aku pun tak kuasa tak membalas pelukan itu, pelukan kehangatan dan kenyamanan yang beberapa saat tak aku rasakan ketika aku pergi untuk menghindari phi Mew waktu itu.

"Mae merindukan mu, Gulf" Ujar Mae.

"Aku pun merindukan Mae" balasku.

Bergantian lah pho yang memelukku, pelukan yang masih sama. Pelukan sang ayah yang masih menganggapku putra kecilnya.

"Kau pulang, Gulf" Gumam pho, aku mengangguk memeluk rindu pria renta di rengkuhanku.

Beberapa saat melepas rindu dengan acara peluk memeluk, akhirnya keberadaan phi Mew di sadari oleh Mae dan pho. Mereka terkejut, dan menyambut dengan suka cita kepada phi Mew. Yang kalian tau saja, memang keluargaku tak memiliki dendam antara keluarga phi Mew atau kepada phi Mew nya sendiri. Hanya saja, tetap saja bukan. Yang namanya awalnya sudah di kecewakan pasti saja ada bekasnya, entah itu kecil maupun besar.

MORE OMEGA (MEWGULF) End!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang