SPECIAL PART ADRIAN

550 84 63
                                    

20 tahun yang lalu...
*Adrian dan Nicholas 10 tahun sedangkan Kenneth dan Leonard 8 tahun.

Hari itu ... Aku pertama kali bertemu dengannya.

Adrian melirik satu kamar inap yang pintunya terbuka, ia masuk ke dalam dan melihat ke sekelilingnya.

"Apa kau sedang sakit?" tanya Adrian tanpa memperkenalkan dirinya.

Adrian mendekatinya tanpa rasa takut. Adrian melihatnya kesulitan bernapas, alat berbentuk bulat menutupi hidung dan mulutnya, pasti tidak enak memakai itu. Bahkan Adrian yang melihatnya merasa risih.

Anak itu melirik air minum, hendak meminta Adrian untuk memanggil perawat. Tapi Adrian langsung tersenyum dan mengambil tangannya yang tidak sanggup meraih Adrian. "Aku Adrian Altherr!"

Aku ingin minum, bukan berkenalan denganmu, batin Nicholas sambil tersenyum kecil, tapi sangat tulus. "Aku ... Nicholas."

Adrian melirik gelang pasien di lengan Nicholas, tertulis Nicholas Alteiro berusia 8 tahun.

"Namamu sangat pasaran, Nicholas," kata Adrian tak sadar diri.

Adrian dan Nicholas berteman, setiap hari Adrian bercerita dan Nicholas mendengar. Kebanyakan orang benci menjadi pendengar karena merasa itu melelahan. Tapi Nicholas berbeda, ia senang mendengar Adrian bercerita tentang banyak hal, taman binatang, sepak bola dan sekolah.

"Sekolah itu ... Tempat seperti apa?" tanya Nicholas pada Adrian.

Terlihat Adrian bingung harus menjawab apa, satu yang terpikirkan oleh Adrian anya ini. "Sekolah itu tempat kau bisa bertemu dengan guru dan teman-teman."

"Wah, pasti ramai sekali." Nicholas kagum.

"Iya! Kita bisa bermain sepak bola, menyoret dinding yang guru sediakan dan makan bersama teman," ceritaku.

"Kau merasa senang?" tanya Nicholas.

Aku mengangguk. Tentu saja, untuk anak kecil, bermain adalah kesenangannya. "Kalau kau, kenapa kau senang mendengar orang bercerita?" tanyaku.

Nicholas tampak berpikir. "Mungkin karena ... Aku menyukainya?"

Aku menatap tidak percaya pada Nicholas.

"Alasanmu aneh."

"Kalau begitu ... Karena aku hanya bisa mendengar?"

"Kenapa hanya bisa mendengar?"

"Karena tidak ada yang bisa ku ceritakan."

"Kenapa tidak ada?"

Nicholas dibuat pusing oleh pertanyaanku.

"Ohiya, impianku adalah bermain dengan Adik laki-laki. Apa impianmu?" tanya tanyaku dengan girang.

"Aku tidak memilikinya."

"Kenapa?"

"Kata Mommy, memiliki harapan, artinya harus siap untuk sedih."

"Kenapa?"

"Karena ... Tidak semua harapan bisa terwujud."

"Bagaimana bisa manusia hidup tanpa harapan? Itu mustahil. Kau harus memiliki satu harapan untuk bertahan hidup. Aku akan membantumu untuk mewujudkannya keinginanmu."

Nicholas menatap ke langit rumah sakit. Jika Nicholas berhak untuk memiliki harapan. "Aku ingin sekolah." Saat itu Adrian tersenyum sumringah, berjanji akan membantu Nicholas ke sekolah meski hanya satu jam.

Dan tak lama setelah itu, Adrian harus kembali ke rumah. Adrian pernah kembali mencari Nicholas ke rumah sakit, tapi tempat tidur Nicholas sudah rapih, hanya ada sebuah bunga berwarna putih diatas bantalnya. Perawat mengatakan bahwa Nicholas sudah pulang, meski raut wajahnya aneh, Adrian tidak menyadari hal itu.

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang