chapter 31

1.7K 267 23
                                    

ini hanya cerita fantasi, ditulis untuk kesenangan semata, tidak perlu dianggap serius

❗mention about sex 🔞 ❗

"Kau tidak pulang?"

Seokjin mendongak sambil bertanya walau mie panas itu masih memenuhi mulutnya. Selepas pulang latihannya sampai malam dengan Senturion Jungkook karena mereka memilih untuk melatih ketahanan fisik dengan naik gunung lagi, Joohyun sudah duduk manis di kursi yang ditata di depan asrama Bellona. Gadis itu sepertinya sudah menunggu lama terbukti dari bibir cantik itu gemetar walau samar dalam senyum menyambut kepulangan Seokjin.

Seokjin menyilakannya masuk ke kamar dan memakaikan jaketnya ke tubuh sang kekasih sementara ia mandi lebih dahulu. Joohyun sudah duduk bersila di atas karpet dengan semangkuk mie panas di atas meja mempersilakan Seokjin untuk makan lebih dulu karena Seokjin memang tidak datang ke pondok makan malam ini.

"Aku akan menginap di kamarmu" jawab Joohyun sambil menyisiri rambut panjang miliknya dengan hati-hati.

Seokjin mengangguk memberikan izin. Ya semenjak

"Ayo buka mulutmu!" ucap Seokjin lembut sambil menyodorkan sumpit dengan mie ke mulut kekasihnya.

Joohyun menggeleng pelan. "Aku tidak mau bangun dengan wajah bengkak" tolak gadis itu halus pada tawaran Seokjin.

Seokjin mengangguk lantas menghabiskan mie panas itu cepat. Sejak tadi jantungnya berdegup sangat kencang, entah karena kekasihnya tengah duduk manis menatap dirinya begitu lekat atau karena pembunuh Jisoo sedang memandangnya seintens itu. Seokjin tidak tahu. Ia hanya berusaha agar tampak natural karena terlepas dari apa yang Praetor Namjoon katakan, Joohyun masih berstatus sebagai kekasihnya dan Seokjin tidak berniat mengkhianati putri dari Venus itu sebelum bukti ada di depan dirinya. Setidaknya Seokjin berusaha untuk netral karena ia tak mau gegabah.

Mangkuk itu sudah kosong dan Seokjin lalu meletakkannya di dekat wastafel. Mencuci wajahnya sejenak karena ia sangat gugup saat ini. Sejak hari itu, Seokjin mencoba menciptakan jarak antara dirinya dengan Joohyun. Ia tidak menuduh tentu saja tapi Seokjin ingin ada dalam posisi netral. Satu yang membuat Seokjin curiga ada di dekat Joohyun adalah ketika gadis itu melakukan charmspeak padanya menyebutkan nama Jisoo entah apa maksudnya. Seokjin tidak bisa mengingat itu dengan jelas.

"Masih kedinginan?" tanya Seokjin ketika ia kembali dari kamar mandi dan melihat Joohyun tengah mengusap punggung tangan miliknya berulang kali.

"Sedikit" jawab Joohyun diakhiri senyuman manis. "Bisa hangatkan aku?"

Seokjin mengangguk. "Tunggu makananku turun baru aku memelukmu sambil tidur"

"Kita bisa berpelukan sambil duduk?"

Seokjin menurut. Mendudukkan dirinya di sofa lantas merentangkan kedua tangan agar Joohyun bisa masuk ke pelukannya. Putri dari Venus itu berjalan mendekat lalu mendudukkan dirinya di pangkuan Seokjin. Gadis itu merapatkan tubuh mereka dan mengalungkan lengannya di leher putra dewi perang itu. Menyembunyikan wajah di perpotongan leher kekasihnya. Bahu lebar Seokjin memang nyaman untuk bersandar.

Seokjin membalas pelukan Joohyun cukup hati-hati memeluk anak dari dewi cinta itu. Ia menoleh sekilas dan membubuhkan satu kecupan lembut di pipi milik Joohyun. Ia tidak mengerti, kemarin Seokjin pasrah di dalam pagutan Praetor Namjoon dan kini ia asyik memangku gadis yang disukainya. Seokjin tak bisa mengerti dengan hatinya sendiri. Siapa yang ia suka sekarang? Apa mungkin Seokjin mencintainya keduanya bersamaan? Apakah itu bisa?

"Aku merindukanmu" bisik Joohyun lembut di telinga Seokjin.

"Aku juga" balas Seokjin sambil mencuri satu lagi kecupan di pipi putri Venus itu.

Winter Breeze [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang