☡ini hanya cerita fantasi, ditulis untuk kesenangan semata, tidak perlu dianggap serius☡
"Apa?!"
Seokjin menggertak dan menatap sengit pada Praetor Namjoon yang duduk diam mengunyah roti di tangannya dengan mata yang tak henti menatap Seokjin sedari tadi. Seokjin jelas risih ditatap seperti itu oleh Praetor Namjoon yang menyebalkan.
Praetor Namjoon menggeleng polos. "Maaf tapi aku masih belum terbiasa melihatmu dengan tubuh sebesar itu"
Seokjin lalu mendengus kesal. Jangankan Praetor Namjoon, ia saja masih sering kali terkejut melihat tubuhnya sendiri. Terlalu bagus untuk ukuran dirinya yang pemalas dalam hal bergerak apalagi membentuk tubuh. Jika teman kuliahnya tahu sekarang ia bertubuh seperti ini. Mereka pasti sangat terkejut. Seokjin bisa menduganya.
"Perubahan tubuhmu sangat drastis" ucap Praetor Namjoon berceletuk "Terlalu aneh"
Seokjin mendengus kembali. "Bisakah kau berhenti mengomentari tubuhku? Sangat tidak membantu! Kau makin membuatku merasa insecure" gerutu Seokjin kesal.
Praetor Namjoon mengerutkan dahi begitu mendengar pernyataan Seokjin. "Kenapa?"
Seokjin menghela nafas lalu bersandar di batang pohon apel belakangnya. Semenjak mendapat berkat dari sang ibu ini, Seokjin kerap kali digunjing saat jam makan pagi ataupun malam. Makin banyak yang kerap menggodanya dan itu cukup mengganggu. Belum lagi yang berteriak kotor padanya atau bahkan menjeritkannya dari jauh.
Seokjin sedang serius dengan Joohyun dan apa yang terjadi sekarang membuat gadis incarannya itu menjadi murung. Seokjin itu laki-laki yang peka pada pasangan, ia tahu jika Joohyun tengah merasa cemburu.
"Jangan terlalu keras berpikir, otakmu bisa mengalami konsleting" peringat Praetor Namjoon mendapati Seokjin yang diam termenung begitu serius.
"Bisa kita ubah mode pembicaraan?"
"Huh?"
Seokjin menatap penuh harap pada Praetor Namjoon yang masih saja makan roti sejak tadi. Entah berapa bungkus yang laki-laki itu bawa hari ini. Seperti tiada habisnya.
"Bicara sebagai teman laki-laki?" tanyanya.
Seokjin mengangguk pelan. "Kau tak bisa memukulku atau bahkan menggantungku di tengah lapangan" desis Seokjin.
Praetor Namjoon menenguk kembali air di dalam botolnya seraya mengedikkan bahu tak peduli pada permintaan Seokjin.
"Jika nanti aku menyinggung, kau berhak berkata keberatan dan aku akan meminta maaf" ucap Seokjin menyampaikan aturan pembicaraan mereka setelah ini.
"Terserah"
"Aku punya seorang teman di camp dan--"
"Oh ya? Anak siapa?" sela Praetor Namjoon.
Seokjin menghembuskan nafas panjang. "Dia umm.. ya... anak Vulcan! Ya! Vulcan!"
Praetor Namjoon manggut-manggut tanda mengerti. "Lalu?"
"Dia sedang tertarik pada seorang gadis di akademi juga" jawab Seokjin "Ada sedikit permasalahan dalam usahanya mendekati gadis itu. Sebagai sesama laki-laki kau juga mengerti, bukan?"
Praetor Namjoon menyibak ke belakang rambutnya. "Ya, lalu apa masalahmu?"
Seokjin berpikir sejenak. "Ada seseorang yang menyukai temanku ini dan dia sedikit bertindak kelewatan. Tingkah orang ini lalu membuat hubungan temanku dan gadis itu kurang lancar jadi dia bertanya padaku apa kiranya solusi yang bisa ia dapat"
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Breeze [NamJin]
Fantasysnowflakes fall down, and get farther away little by little, i missing you -2017, spring day NAMJIN Demigod AU!