chapter 18

2.4K 415 129
                                    

ini hanya cerita fantasi, ditulis untuk kesenangan semata, tidak perlu dianggap serius

Taehyung menghela nafas panjang sambil membenarkan pegangan pedang Falcata di tangan kanannya. Ketika mencoba untuk menyerang Seokjin untuk menguji gaya pertahanannya, putra dari dewi perang itu malah melakukan Telekinesis ke Falcata.

Sungguh Telekinesis yang begitu halus dan juga cepat. Taehyung bahkan tak sanggup membaca gerak Telekinesis Seokjin yang amat cepat itu. Entah kapan tetapi Falcata di tangannya tiba-tiba memberontak.

Menyunggingkan senyum kepuasan saat ia sadar jika kemampuan Seokjin terus saja meningkat pesat. Menjadi semakin ahli dan juga tidak bisa diremehkan.

"Kemampuan Telekinesismu meningkat pesat" komentar Taehyung pada akhirnya.

Seokjin tersenyum jumawa lalu mengusap keringat di dahi dengan lengan kirinya. "Aku bisa tunjukkan lebih banyak lagi"

"Senturion Yoongi pasti mengajarimu banyak"

Seokjin berkedik dengan santai. "Ya, kalau begitu satu kali lagi?"

Taehyung menggerakkan jemarinya pada pegangan pedangnya kemudian ia mulai mempersiapkan Falcatanya. Kemampuan Seokjin sudah meningkat dengan pesat. Ia tidak bisa lagi lengah dan santai mengisi latihannya jika tidak mau terluka.

Walau memang begitulah anugerah anak dewi perang. Kemampuan Telumkinesisnya membuat Seokjin cepat belajar dan paham cara menggunakan senjata. Terlampau cepat, walau Taehyung jelas tak terkejut.

Bintang masih bertabur di langit. Ditemani cahaya rembulan sebagai lampu saat akhir malam. Taehyung berdiri dalam posisi siap sebelum terakhir kali sesi latihan untuk hari ini. Membuat gairahnya naik seketika saat sepintas kenangan datang.

Taehyung bergumam. "Kau mirip Jisoo"

Seokjin mundur satu langkah saat dua ekor samoyed kembar berbeda warna itu kini menggeram ke arahnya. Telinga tegak yang runcing, bulu tebal, tubuh kedua anjing itu nampak gemuk berisi. Tidak galak tetapi terus menggeram ketika Seokjin duduk di rumah Praetor Namjoon.

Samoyed identik dengan warna putih dan Argentum memang berwarna putih. Walau Seokjin bertanya-tanya jika tidak ada sisi perak lalu mengapa namanya Argentum. Sedangkan Aurum berwarna mirip biskuit.

Dikenal sebagai jenis anjing yang murah senyum dan bersahabat, tetapi mungkin tidak dengan Aurum yang memakai kalung emas bertuliskan Au dan Argentum yang memakai kalung perak bertuliskan Ar.

"Hei!"

Seokjin sedikit tersentak ketika Praetor Namjoon berseru pada kedua anjing itu lalu berjongkok di atas karpet lembut yang ada di lantai. Kedua anjing yang nampak lucu itu mengerubungi tuan mereka dan menggesekkan mulut ke pipi tuannya.

Praetor Namjoon bergerak mengusap halus punggung lalu area kepala Aurum dan juga Argentum secara bergantian. Membuat dua anjing samoyed itu merebahkan tubuh ke paha tuannya. Mengusakkan wajah pada paha Praetor Namjoon manja.

Seokjin tetap memerhatikan interaksi dari majikan dan peliharaan itu sembari meraih bungkus makanan dua anjing samoyed itu di atas rak. Mengeluarkannya perlahan lalu mencoba mengimingi dua anjing itu.

Tak banyak yang Seokjin lakukan. Hanya menuang makanan lalu mengetuk sisi dari mangkuk emas dan perak itu agar pemilik mangkuk mendekat. Spontan keduanya meninggalkan majikannya dan memakan dry food mereka lahap.

Seokjin mengulurkan tangan dan mencoba mengusap lembut kepala dari Aurum dan Argentum yang sibuk makan dari mangkuk masing-masing. Sesekali menggerung agak keras ketika nyaman oleh usapan Seokjin.

Winter Breeze [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang