☡ini hanya cerita fantasi, ditulis untuk kesenangan semata, tidak perlu dianggap serius☡
"Kim Seokjin!"
Seokjin terperanjat seketika mendengar suara Joohyun menggema di telinganya cukup keras. Memfokuskan pandangan, Seokjin meringis melihat Joohyun kini menatapnya dengan sinis dan kesal.
"Ya?"
"Kau melamun lagi" desah Joohyun tak suka. "Kau agak aneh belakangan"
Seokjin menggusap tengkuknya sambil meringis. "Benarkah?"
Joohyun mencibir pelan ketika Seokjin tampak kaku menanggapinya. Bangun dari posisi duduknya, Joohyun dengan gerakan cepat menutup buku yang kini ada di hadapan Seokjin. Menarik buku itu dan menumpuknya rapi pada rak di dinding kamar Seokjin.
Seokjin mengerutkan dahi. "Kenapa?"
Joohyun tersenyum hangat sembari ia mendudukkan diri di atas kasur kamar Seokjin. Anak gadis dewi cinta itu lalu menepuk pahanya dua kali sembari ia menatap Seokjin memanggil.
"Kemari!" ucap Joohyun. "Kau butuh istirahat lebih banyak"
Seokjin mengangguk kecil. Berdiri dari duduknya di karpet dan beralih untuk berbaring di kasurnya. Menyamankan kepala di atas paha Joohyun yang kini mengusap kepalanya lembut.
"Kau bisa cerita padaku" ucap Joohyun setengah berbisik dengan suara yang lembut. Tangannya masih mengusap kepala Seokjin dan memijat lembut bahu kokoh putra dewi perang itu.
Seokjin tak menjawab. Merasa nyaman ketika tubuhnya kini hangat dan rileks dalam usapan kekasihnya. Seokjin lalu menganggukkan kepalanya kecil agar tetap terjaga. Matanya terasa berat saat ia makin menikmati bisikan Joohyun.
"Bagaimana latihanmu?"
Seokjin mengerjapkan mata ketika bisa mendengar suara Joohyun yang datang ke telinganya begitu lembut.
"Seperti biasa"
Joohyun mengangguk. Menundukkan kepala mengecup lembut dahi Seokjin. "Nyaman dengan Senturion Jungkook?"
"Ya"
Joohyun mengangguk lalu menyisihkan rambut panjangnya agar tak mengenai mata Seokjin pasca mengecup kekasih tampannya itu. Tangan Joohyun turun memijat lengan kekar milik Seokjin.
"Lebih nyaman pergi latihan dengan Senturion Jungkook atau pergi latihan dengan Praetor Namjoon?"
Ruang kamar Seokjin hening seketika. Seokjin tak lekas menjawab terdiam di dalam hening malam. Pikirannya lalu melayang mengingat sore itu Praetor Namjoon mengajukan syarat padanya. Sudah tiga minggu berlalu dan Seokjin masih belum memberikan jawaban.
"Seokjin?" panggil Joohyun lembut.
Seokjin tak mengerti dengan perasaan dan hatinya sendiri. Seokjin ingin ada dekat dengan Joohyun. Gadis itu selalu bisa mengisi kembali tenaganya yang hilang. Membawakan kegembiraan dan warna cerah pada hari-hari Seokjin.
Akan tetapi, Seokjin pikir kini merasa hampa melewati harinya tanpa adanya adu bicara dengan Praetor Namjoon. Ia merasa kurang bersemangat tanpa ada persaingan dengan Praetor Namjoon. Ada dorongan berusaha dan motivasi kuat ketika bersama putra dari Jupiter itu. Seokjin juga merasa haus akan pengakuan dari sang praetor bahkan merasa benci ketika Praetor Namjoon mulai membandingkannya dengan Jisoo.
"Seokjin?" panggil Joohyun lembut "Kau tidak mau menjawab pertanyaanku?"
Tangan Joohyun turun kemudian gadis itu meraih pergelangan tangan Seokjin. Menyentuh dengan berhati-hati gelang cartier emas imperium di tangan putra dewi perang itu. Gelang mahal berhias simbol kebesaran Bellona di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Breeze [NamJin]
Fantasiasnowflakes fall down, and get farther away little by little, i missing you -2017, spring day NAMJIN Demigod AU!