chapter 29

1.6K 322 37
                                    

ini hanya cerita fantasi, ditulis untuk kesenangan semata, tidak perlu dianggap serius

‼️Trigger Warning‼️
❗bunuh diri‼️penganiayaan❗

"Cukup!"

Seokjin tersentak menurunkan tangannya yang hendak mengayunkan pedang perak miliknya ketika putra dari Dewa Kematian itu menghentikannya dalam satu seruan. Ia memicingkan mata menatap Taehyung yang kini mengalihkan pandang darinya. Malam ini salju tak lagi turun seintens hari yang sebelumnya sehingga mereka pergi ke kebun apel pinggir danau untuk kembali latihan rutin di pagi buta. Namun, putra dari Pluto itu nampak ingin mengakhiri.

"Kita baru mulai?" ucap Seokjin setengah bertanya kebingungan menatap mantan praetor itu tengah menyarungkan kembali falcata ke balik jubahnya.

Taehyung berbalik menatap Seokjin masih dengan tatapan matanya yang begitu khas datar tetapi tajam. "Aku tidak mau berlatih denganmu kalau kau tidak fokus padaku"

Seokjin terdiam seketika di posisinya. "Aku tidak bermaksud seperti itu"

Taehyung mengangguk sekilas mencoba untuk memahami situasi yang dihadapi oleh Seokjin sekarang. Sejak awal ia tahu apa yang putra Bellona itu pikirkan dalam waktu dekat ini. Taehyung memilih untuk diam dan tidak ikut campur tetapi laporan dari Senturion Jungkook tentang tingkah Seokjin membuatnya tertarik sekarang.

"Kau harus jujur pada dirimu sendiri" ucap Taehyung menatap Seokjin yang masih diam merasa bersalah. "Selama ini dirimu sendiri yang menyulitkan situasimu"

Seokjin mendongak menatap kedua mata Taehyung yang menatapnya agak iba. Ah kenapa semua orang menatapnya seperti itu belakangan ini. Apakah dirinya nampak begitu menyedihkan belakangan ini?

"Aku baik-baik saja, terima kasih" lirih Seokjin dengan senyum tipis yang nyata nampak dipaksakan olehnya.

Taehyung terdiam menganggukkan kepala dengan tetap menjaga ketenangan. "Kalau begitu kembalilah ke asramamu!"

Seokjin menahan ringisan yang nyaris saja ia tampakkan menanggapi Taehyung. Tidak tahu mengapa laki-laki itu menjadi dingin padanya atau memang Seokjin yang kini terlalu menutup diri. Seokjin melangkah di tengah keheningan dini hari melewati sang mantan praetor yang diam menatapnya. Ia tak bersemangat lagi melangkah dengan pedang peraknya setengah terseret ke atas tanah yang basah bekas lelehan salju.

"Aku ada dipihak yang sama dengan Jimin dan sependapat dengan apa yang sudah putra Neptunus itu katakan padamu"

Seokjin tak berhenti. Ia tahu itu.

"Itu bukan kutukan semata tapi nyawa dari putra Jupiter itu memang terancam" ucap Taehyung dengan suara yang begitu berat. "Seseorang atau mungkin saja sekelompok orang di camp ini ingin membunuhnya"

Kedua kakinya yang hendak melangkah pergi dari tempat latihan itu berhenti di posisinya seketika. Seokjin tersentak kecil.

"Namjoon membunuh pengasuhnya saat ia belum menjadi praetor. Aku dan Jimin bisa mengerti jika itu tidak disengaja tapi orang lain tidak akan bisa"

Tangan Seokjin terkepal kuat di samping pahanya. Gemetaran. Tubuhnya gemetaran mendengar apa yang Taehyung katakan. Jadi ini yang dimaksud dosa yang sudah dilakukan Praetor Namjoon? Membunuh?

"Tidak berhenti hanya sampai itu" lanjut Taehyung masih dengan suaranya yang tenang dan terdengar berat. "Beberapa yang lain juga tewas saat melatihnya. Aku tidak memastikan berapa tapi kurasa itu lebih dari tiga nyawa melayang karena putra Jupiter itu"

"B-bagaimana bisa?". Seokjin berbalik dan menyingkirkan egonya menatap penuh tuntutan pada putra Dewa Kematian itu.

"Ibu kami gila" ucap Taehyung dengan nada suara menahan tawa tetapi ketika sampai di telinga Seokjin, itu sangat menyedihkan. "Ibuku mungkin tidak meninggal, mungkin dia meninggalkanku di rumah sakit. Itu sebabnya Proserpina menghentikanku saat aku mencari arwahnya di dunia bawah"

Winter Breeze [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang