☡ini hanya cerita fantasi, ditulis untuk kesenangan semata, tidak perlu dianggap serius☡
▪
▪
▪
Dari sudut pandang Praetor Namjoon
▪
▪
▪
"Hei"Aku melongok ke balik batang pohon apel paling besar di tempat kami biasa latihan dan aku mendapati Jisoo yang kini sedang duduk melipat tubuhnya. Memeluk kedua kakinya dan menyembunyikan kepalanya.
Rambut panjang gadis itu yang biasanya terkepang satu rapi kini tergerai dengan berantakan. Jisoo masih mengenakan kaus yang tadi ia pakai untuk pertandingan kelulusan akademi. Masih dengan lengan dan juga kakinya yang terluka.
Jisoo sedang menangis.
Aku melangkah perlahan dan mengambil posisi duduk bersila dihadapan Jisoo. Aku ragu tetapi aku memberanikan diri untuk menyentuh tangannya. Kulihat tubuhnya bergetar samar dan kudengar ada isakan kecil yang keluar dari lisan gadis itu.
"Jisoo?". Aku memanggil nama anak gadis Bellona itu hati-hati sembaeri kuberanikan diri untuk membawa satu tangannya ke dalam genggamanku.
Jisoo masih menangis. Dia tidak menjawab panggilanku. Aku tidak tahu caranya untuk bersikap manis pada anak gadis, terlebih jika gadis itu tengah menangis seperti ini. Aku tidak tahu bagaimana cara membuat seorang gadis tenang dan berhenti untuk menangis lalu kembali tersenyum.
"Jangan menangis lagi" bisikku pelan pada Jisoo yang masih terus terisak.
Sungguh aku tidak tega melihatnya seolah amat hancur seperti ini. Aku tahu ia tengah kecewa pada dirinya sendiri. Jisoo tak bisa memenangkan pertandingan kelulusan ini. Gadis itu ada di posisi kedua setelah kalah berduel di babak final dengan anak laki-laki dari Mars.
"Kau dan anak Mars itu punya kekuatan yang seimbang, kau tetap kuat karena bisa sampai ke final" hiburku pelan "Pasti akan ada satu yang kalah dalam pertandingan"
"Tapi kenapa harus aku yang kalah!"
Dadaku terasa sesak melihat wajah cantik nan manis itu kini basah dan juga memerah hebat dengan dua matanya yang bengkak akibat menangis. Rambutnya berantakan menutupi sebagian wajah cantiknya.
Kusingkirkan pelan rambut itu dari wajah cantik Jisoo lalu kuhapus air mata yang kini menganak sungai di kedua pipi putih berisinya. Aku jelas tidak kecewa padanya, hanya saja aku merasa kasihan.
"Namjoon! Kenapa aku yang harus kalah? Aku tidak mau!" tangisnya kembali sambil menarik-narik lenganku.
"Jisoo de--"
"Aku sudah berlatih sangat keras! Kenapa aku tetap kalah? Apa aku ternyata lemah? Apa Bellona akan murka padaku?"
Aku kemudian menghela nafas panjang, kutarik tubuh gadis itu ke dalam pelukanku dan berusaha membuatnya nyaman. Jisoo masih menangis sesegukan di dadaku. Kurengkuh erat tubuhnya dan membiarkan gadis cantik itu meluapkan emosinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Breeze [NamJin]
Fantasysnowflakes fall down, and get farther away little by little, i missing you -2017, spring day NAMJIN Demigod AU!