chapter 28

1.9K 330 50
                                    

ini hanya cerita fantasi, ditulis untuk kesenangan semata, tidak perlu dianggap serius

"Kau yakin tidak terluka?"

Seokjin mengangguk dengan pelan lalu membiarkan Sohyun memeluknya erat. Seokjin bisa mengerti jika Sohyun pasti cemas padanya. Perlahan Seokjin balas melingkarkan lengannya pada tubuh Sohyun dan menepuk punggung putri dari Proserpina itu dengan lembut.

"Kenapa kau suka membuatku merasa khawatir?" tanya Sohyun mencubit pelan lengan kekar berotot Seokjin.

"Maaf"

Sohyun menggeleng pelan. Melepaskan pelukan diantara mereka lalu meraih satu tangan besar milik Seokjin dan menggenggamnya erat. "Kau hebat"

"Karena aku menyelamatkan pimpinan legiun?" tanya Seokjin dengan nada suara sedikit menyindir.

Sohyun menggeleng. "Karena kau bisa bertahan dan selamat. Terima kasih"

Seokjin selalu menyukai bagaimana cara Sohyun mencoba memperhatikan dirinya lebih dari siapapun.

"Seokjin Kim?"

Seokjin menatap ke balik tubuh Sohyun dan mendapati Praetor Jimin berdiri di dekat mereka dengan pakaian dinasnya sebagai seorang pimpinan legiun.

"Ya?"

Laki-laki dengan rambut licin tersibak ke belakang menampakkan dahi sambil memberikan senyuman khasnya yang selalu saja sulit untuk diartikan pada Seokjin. Tatapan putra dari Neptunus itu mengundang Seokjin untuk datang mendekat secepatnya.

"Selamat sore, Praetor Jimin" ucap Sohyun sopan dengan menundukkan kepalanya tanda penghormatan.

"Sore" jawab Praetor Jimin singkat lalu dia balas menundukkan kepala sekilas pada Sohyun. "Aku akan pinjam Seokjin kalau kau izinkan. Tidak akan lama"

Atmosfir sekitar koridor rumah sakit mendadak berubah. Sebelumnya terasa hangat dengan kehadiran Sohyun yang mengusir kegelisahan Seokjin pasca menggendong Praetor Namjoon. Seisi rumah sakit gempar melihat pimpinan legiun mereka dalam keadaan antara sadar dan tidak dengan luka menganga. Mimpi buruk semalaman Seokjin tidur di depan ruang rawat Praetor Namjoon.

"Tentu" jawab Sohyun kemudian ia mengambil langkah menjauh untuk memberikan ruang lebih bagi Seokjin dan putra Neptunus itu berdua saja.

Seokjin menelan ludah berat ketika ia menyadari bagaimana sorot mata dari Praetor Jimin menatapnya kali ini.

Praetor Jimin melangkah mendekati Seokjin sehingga membuat penciuman Seokjin merasakan aroma segar garam dan laut menguar kuat di sekelilingnya. Laki-laki itu menyunggingkan senyum kecil lantas bersandar pada dinding di koridor rumah sakit yang kini masih sepi karena masih sangat pagi.

Putra Neptunus itu lalu melipat tangan di dada sembari menatap tajam dan dalam pada Seokjin yang berdiri dekat di hadapannya. Mata laki-laki itu kini menyisir sosok Seokjin dengan detail dari ujung kaki hingga ke rambutnya yang berantakan. Masih dengan mantel yang semalam dikenakannya basah oleh darah milik Praetor Namjoon.

"Kau membuat Namjoon di rawat ke rumah sakit lagi" ucap Praetor Jimin dengan suara rendah "Dua kali dalam rentang waktu empat bulan. Menarik"

Jantung Seokjin berpacu. Ia tak pernah bermaksud seperti itu. Kejadian yang pertama murni karena Seokjin masih belum bisa mengontrol Telekinesisnya. Untuk yang kali ini, sungguh harusnya Seokjin tak disalahkan. Ia bahkan yang sudah membawa Praetor Namjoon ke rumah sakit di tengah badai salju.

"Itu bukan kesalahanku!" desis Seokjin dengan suara parau tertahan. 

"Kau yakin?" balas Praetor Jimin cepat. "Kau bahkan tidak tahu apa yang harus Namjoon hadapi. Namjoon bersikap baik padamu dan kau malah jadi tidak tahu diri padanya"

Winter Breeze [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang