chapter 24

2K 348 20
                                    

ini hanya cerita fantasi, ditulis untuk kesenangan semata, tidak perlu dianggap serius

Seokjin menarik tali busur panahnya kuat dengan kedua mata yang membidik titik merah tengah sasaran dengan pandangan tajam. Melepaskan tarikannya dan sebuah anak panah berwarna perak melesat cepat. Ujung tajam mengenai titik bidik merah di tengah menimbulkan suara keras karena beradunya kayu dan logam.

"Wow!!"

Seokjin menoleh ke arah pinggir lapangan di mana terdengar sorakan semangat dari suara yang ia kenali. Begitu familiar.

"Sohyun?"

Anak gadis dari Proserpina itu melambai padanya dengan penuh semangat. Senyum lebar dan sesekali melompat riang. Tidak tampak seperti seorang staff legiun. Begitu lucu dan riang seperti jiwa Proserpina.

"Kau tidak mau pulang?". Sohyun bertanya dengan menatap kesal dibuat-buat pada Seokjin yang tengah melangkah keluar dari area lapangan memanah.

Seokjin mengerutkan dahi. "Apa bisa?"

Sohyun mencebik kesal lantas ia menyikut kuat dada Seokjin. "Kau mulai tertular gila latihan dari Praetor Namjoon sampai tidak ingat besok ada apa" gerutunya kesal.

"Besok? Apa?"

"Keterlaluan!" gerutu Sohyun kesal "Besok malam Saturnalia sudah akan dimulai!"

Seokjin terdiam. Oh ternyata itu. Beberapa hati ia gunakan untuk latihan sendiri guna menghilangkan rasa gelisah pada Praetor Namjoon yang tak pernah datang sekadar melihat hasil latihannya, membuat Seokjin terlalu sibuk untuk melakukan progress.

Hari menjelang turnamen kelulusan terus berjalan. Seokjin tak boleh membuang apa yang ia punya. Waktu dan kesempatan. Tak bisa melewatkan barang seharipun untuk sakit hati memikirkan Praetor Namjoon. Itu sangat sial jika berakhir dengan kekalahan.

Sohyun memicingkan matanya menatap ke arah tubuh Seokjin. Kaus yang basah oleh keringat setelah latihan mandiri itu tampak menjiplak bentuk tubuh atletis Seokjin dari Bellona itu. Otot-otot itu terbentuk pada kaus yang basah di area punggung dan dada Seokjin begitu jelas.

Kini Sohyun mengerti kenapa pinggir dari lapangan memanah tempat duduk untuk istirahat ramai oleh para gadis yang saling berbisik satu sama lainnya. Mereka rupanya tengah menonton Seokjin latihan. 

"Siapkan pakaian yang paling bagus untuk pembukaan festival Saturnalia besok" ucap Sohyun memberitahu dengan lagak mirip seorang ibu pada anaknya.

Seokjin meletakkan kembali busur panah di punggungnya kembali ke rak. "Memang apa yang perlu dilakukan besok?"

"Festival menyenangkan!" jawab Sohyun antusias "Semua orang akan bahagia, kau bisa makan apapun, bersenang-senang di malam hari karena akan ada banyak pesta"

Seokjin mengangguk paham. Tidak begitu peduli. Ternyata penghuni camp Romawi juga melakukan acara bersenang-senang selain mereka menjunjung tinggi disiplin.

"Kau harus memberikan hadiah ke orang yang berarti bagimu besok malam" ucap Sohyun "Aku contohnya?"

Seokjin tertawa pelan. "Oh baiklah!".

Mau bagaimanapun Sohyun memang paling berharga baginya. Sohyun juga yang dulu merawatnya di rumah sakit. Lalu bersedia menjadi wali Seokjin selama di akademi dan mengurusnya seperti ibu.

"Mungkin kau bisa jalan-jalan malam ini, pergi keluar mencari hadiah untuk Praetor Namjoon?" tanya Sohyun.

"Praetor Namjoon juga?"

Sohyun mengangguk menjawab. "Justru saat Saturnalia adalah kesempatan untuk memberi hadiah dan berterima kasih pada pelatihmu selama di akademi"

Jangankan memikirkan barang apa yang kiranya disukai dan cocok untuk putra dari Jupiter itu, ada di mana Praetor Namjoon sekarang saja Seokjin tidak tahu. Terhitung sudah dua minggu, putra dari dewa langit itu tak nampak batang hidungnya.

Winter Breeze [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang