Part 1

6.2K 415 23
                                    

"Agatha Yovanka!" Pekikan seorang gadis berambut coklat yang dikuncir satu ke belakang itu, membuat gadis bernama Agatha dengan tiba-tiba menghentikan langkahnya—sebelum dirinya membalikkan badan ke arah si pemanggil.

Agatha mengangkat sebelah alisnya bertanya—melihat si pemanggil yang nampak tengah berlari dengan terburu-buru."Kenapa Lan?"

"Jangan balik dulu tha! Temenin gue ke perpus dulu ya! Pliss," Ucap Alana dengan tatapan memohonnya yang membuat Agatha memutar bola matanya malas. "Abis di takut-takut sama siapa lagi lo? Gerald?" Tebak Agatha yang membuat Alana mengangguk kaku.

"Tapi ya tha, itu tuh emang fakta, bukan cuma rumor doang! Banyak anak yang udah dilihatin sama mbak gendhis," Cicit Lana dengan ekspresi ketakutan.

Agatha yang mendengarnya hanya mampu berdecak kesal. Sahabatnya ini sungguh terlalu polos! Mau aja diboongin sama trio kadal.

Agatha sungguh merasa heran dengan Alana yang sebenarnya dibilang tipe cewek yang kalem juga nggak, justru dia tipe orang yang galak, bar-bar, cerewet, dan bermulut pedes. Tapi, kalo udah disangkut pautin sama hal-hal berbau mistis, jangan harap kalian bisa melihat salah satu dari keempat sifat Alana Vescovi itu.

"Yaudah ayok gue temenin! Sekalian gue juga mau minjem novel lagi" Ujar Agatha sembari berjalan beriringan dengan Lana menuju perpustakaan yang terletak di sudut lorong koridor kelas 12.


Krekkk

Pintu kayu perpustakaan berbunyi nyaring tepat pada saat Agatha mendorongnya. Ya gak salah juga sih Alana takut sendirian ke perpus, kalo suasana pertama kali masuknya aja udah kayak di film horor. "Dah sono cari buku yang mau lo pinjem," Suruh Agatha yang dibalas acungan jempol oleh Alana.

Omong-omong di sekolah Agatha ini, sistem peminjaman buku pada perpustakaannya sudah terbilang cukup canggih.

Setiap buku di perpustakaan ini di simpan pada masing-masing lemari besi modern dan dikunci menggunakan keamanan sistem komputer—dimana setiap ada yang ingin meminjam buku, maka mereka harus login pada layar komputer yang berada di samping tempat penyimpanan buku-buku itu terlebih dulu, baru nanti pintu pada lemari penyimpanan itu dapat terbuka. Jadi penjaga perpusnya hanya akan bertugas sampai pukul 3 sore, dan setelahnya jika ada murid yang akan meminjam buku bisa meminjamnya secara mandiri.

Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 20 menit, Alana pun kembali ke meja yang Agatha tempati sembari menenteng 4 buah buku bacaan."Tha, malem ini gue nginep rumah lo ya! Gabut gue malming gini ditinggal di rumah ndiri sama nyokap bokap"

"Halahh, lo biasanya juga nginep ya tinggal bawa diri udeh, gapake ijin-ijinan segala, sekarang kesambet apaan lo ijin ke gue kek gitu?," Sarkas Agatha yang kemudian memasukkan sebuah novel yang di pinjamnya barusan dari perpustakaan sekolah.

Alana terlihat mencibir pelan saat mendengar sindiran yang Agatha lontarkan kepadanya. "Gue gak sopan salah, gue sopan malah dinyinyirin, mau lo apasii nyet? Heran gue," ketus Alana yang membuat Agatha menyengir lebar.

Terlihat Agatha tengah mengambil tas ranselnya di meja depan, sembari beranjak dari kursinya duduk. "Ayoo balik! Gausah baper, becanda doang gue tuu!" Ucap Agatha sembari merangkul pundak Alana.

"Jauh-jauh lo sahabat lucknut!" Ketus Alana sembari mengangkat kedua tangannya untuk memperagakan sebuah gerakan mengusir—layaknya seekor kucing.

Senyum menyeringai dengan tiba-tiba tercetak jelas pada bibir Agatha, hingga membuat Alana yang menyadarinya langsung menatap was-was ke arah sahabatnya itu. " Yaudah sii, gue cuma mau memperingati lo aja! Asal lo tau, tadi gue gak sengaja liat di sudut perpustakaan itu ada cewek berambut pirang yang digerai panjang, pake pakaian gaun Eropa kuno yang ada bercak darah nya, terus bola matanya gue liat tadi juga jatoh ngegelinding di—" Alana dengan tiba-tiba memekik  keras untuk memotong ucapan akhlaless dari sahabatnya itu.

They Call Me the Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang