Part 25

905 121 81
                                    

Happy reading 🍃
Don't forget to vote and comment

Dengan gaya kasual dipadukan sepatu nike berwarna putih, Agatha beranjak turun dari mobil Ferrari miliknya.

"Woy Prill!" Sebuah sahutan membuatnya menoleh ke arah sumber suara.

"Gimana Ren?" Tanya gadis itu.

"Kayaknya secara gak sadar alur kehidupan Prilly balik lagi ke alur yang seharusnya,"Agatha mengernyit tak paham.

"Maksud lo?"

Rena mendekat seraya membisikkan sesuatu ke arah Agatha yang membuat gadis itu menyunggingkan senyum seringainya. "Mau jadi antagonis bentaran gak Ren?"

"Gassslah!"

Agatha melirik sekilas arloji yang berada di tangannya. "Sekarang jam 19.20, berarti 10 menitan lagi mereka sampai. Mending kita ke VIP room Galaektano dulu deh sambil ngehubungin si kembaran," ucap Agatha yang diangguki oleh Rena.

Kedua gadis itu lantas berjalan menuju lantai dua, tepatnya pada ruang VIP yang sudah Selena booking.

"Bebeb Rena, ngapain jalan sama si bos muda," pertanyaan Vano sontak membuat Agatha menatap horor ke arahnya.

"Apatu maksud lo? Udah bosen di Galaektano Van?"

Vano bergidik ngeri. "Becanda elah, lama-lama lo mirip Prilly yang asli dah," ucap Vano diakhiri dengan gumaman pelan.

"Selena mana, Selena?" Tanyanya merubah topik.

Alan menyahut sedikit keras. "Nelat paling, tau sendirilah pawangnya kek mana."

Agatha mengangguk sebagai jawaban.

Gadis itu kini beranjak menuju rooftop, diikuti Ersyad, Vano, dan Rena, setelah ia mengirimkan pesan rahasia melalui arlojinya.

"Kenapa Tha?" Tanya Vano sesampainya mereka di rooftop.

"Ni tempat yang di booking Selena cuma VIP room aja?"

"Ya, khusus buat Galaektano. Ada rencana apa lo?" Jawab Ersyad.

"Van, urus booking an seluruh resto, tapi biarin dua keluarga itu lolos," ucap Agatha.

"Jangan bilang lo mau—"

"Yap, seperti yang ada di otak lo, Ren," sela Agatha cepat.

Ersyad maju beberapa langkah, membuat yang lain sontak menatap ke arahnya. "Menurut lo, Sean bakal ngelindungin Selena apa nggak setelah ini?"

"Apa maksud lo ngomong gitu?"

Ersyad terdiam sejenak. "Tindakan lo ini mungkin bisa ngehancurin 2 keluarga sekaligus, dan 2 pion pelindung lo bisa aja masih bertahan di pihak lo atau malah menjadi musuh buat lo."

"Andra sama Sean?"

Ersyad mengangguk sebagai jawaban.

Agatha mendengus seraya memalingkan wajahnya ke arah lain. "Gue gak peduli sama mereka, yang terpenting sekarang adalah menguak fakta siapa yang bersalah sebenarnya disini."

"Gue gak yakin sama hati lo," ucapan Ersyad seakan menohok ulu hati Agatha.

Sejujurnya, Agatha memang masih bimbang. Tapi secara logika, jika dirinya ingin mempertahankan Andra pun gak bakal bisa.

Semua yang ada di dunia ini hanyalah sebatas perumpamaan bulan yang bersanding dengan matahari pada satu waktu.

Impossible, dude.

They Call Me the Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang