Holla! TCMA kembali dengan part ending
Hope u enjoy this part
🍂—Happy reading.___________________________
Sinar mentari hangat pagi ini terlihat menerpa pekarangan mansion keluarga Lougard.
Tepatnya di sebuah taman bermain anak, terlihat kedua keluarga kecil itu berkumpul dengan tawa ringan yang menyertai keharmonisan mereka.
"Devon, Queensa, udahan dulu yuk mainnya. Breakfastnya udah siap!" Teriakan kencang milik Agatha hampir saja membuat Selena menggeplak keras lengan wanita yang berada tepat di sampingnya itu.
"Yak! Suara lo bisa dikecilin dikit gaksi! Budeg kuping gue lama-lama dengernya," oceh Selena untuk yang kesekian kalinya.
"Namanya juga reflek," balas Agatha seadanya, sebelum dirinya kembali berkutat pada croissant yang menggugah selera itu. "Cih, reflek tapi berkali-kali. Jangan sampe anak lo ngikut suara cempreng emaknya," kritik Selena sarkas.
Agatha berdecak malas. "Iri bilang!"
"Mommy!","Mama!" Teriakan kesal kedua bocah itu membuat atensi Agatha pada croissant miliknya teralihkan.
Anak perempuan berusia 3 tahun lebih itu terlihat cemberut masam. Sebelah tangannya Ia angkat sedikit ke udara. "Look, mommy! Kak Von nakalin Queensa!" Adunya penuh kekesalan.
"Bener itu Devon? Kamu ganggu Raqueensa lagi?" Tanya Selena yang membuat bocah laki-laki itu menoleh dengan cengiran.
"Kurang seru kalo belum ganggu Queensa, Ma. Tapi tadi kan Devon juga udah minta maaf. Devon gak sengaja," katanya dengan terus terang.
Agatha menghembuskan napasnya panjang. Gini nih kelakuan bocah, kalo jauh ditanyain mulu, giliran ketemu gelud. Ya, meskipun tetep wajar untuk ukuran anak-anak.
"Yaudah. Sekarang Devon, aunty bisa minta tolong ambilkan kotak obat di laci meja teras?"
Devon mengangguk, sebelum akhirnya berlari menuju teras untuk mengambil kotak yang Agatha maksud.
"Ini aunty," ucap Devon sesaat tak lama kembali dengan membawa kotak P3K yang Agatha maksud.
Jemari Agatha dengan cekatan membersihkan luka kecil di tangan Queensa sebelum menutupnya dengan kasa steril. "Dah selesai, sekarang waktunya breakfast okey?" Ucap Agatha yang diangguki oleh Queensa.
Gadis itu kembali menghadap depan dengan tangan kanan yang membawa sendok. "Queensa mau Kartoffeln?"
"Mau!"
"Devon juga mau."
"Ihh, Kak Von ikut-ikut!"
"Ya biarin dong, wlee!"
"Berantem mulu bocah dua ini. Tenang-tenang nanti di bagi dua sama aunty lele," Selena mendelik tajam mendengar panggilan yang keluar dari mulut Agatha. Bisa-bisanya wanita itu seenak jidat mengubah nama bagusnya jadi apa tadi? Lele? Belum pernah merasakan tamparan Selena itu orang.
"Aunty Selena ya, Queensa manggilnya," protes wanita itu dengan lembut.
"Ribut terus, sekali-kali temu keluarga akur gitu nggak bisa?" Sindir Sean.
"Nggak!" Ucap keempatnya bersamaan.
"Hahaha, kompak kalo masalah ginian. Bapaknya sekalian ribut baku hantam aja gimana biar seru?" Andra menyahut dengan tampang songongnya.
"Gak elit," kritik Sean jelas membuat darah Andra mendidih.
Kedua lelaki dengan ego dan prestise yang sama-sama tinggi, mustahil ada salah satu yang mau mengalah dengan sukarela apalagi mengakui kekurangan masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
They Call Me the Antagonist [END]
Fantasy©: Story by nopnop "Tha, baca novel ini yok! Gue kepo sama ceritanya sumpah," Ucap Alana yang membuat Agatha terdiam. Sebuah lontaran kalimat membuat nasib mereka dipertaruhkan. They call me the antagonist adalah sebuah cerita yang mengisahkan tenta...