Holla semua! Maaf baru sempet up lagi
Tugas kuliah menumpuk :")
Makasih buat yang masih nungguin story absurd ini
Hope u enjoy this part!
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian, okay!
-
-
Tepat pada pukul 08.30 AM, Agatha nampak menduduki sebuah bangku kursi setelah sebelumnya gadis itu memesan sebuah es krim rasa stroberi di kedai yang berada tepat di pinggir store yang baru saja dirinya kunjungi tadi. Sambil menunggu pesanannya, gadis bernetra amber itu nampak mengeluarkan sebuah novel dari dalam tasnya untuk dia baca.
Selang beberapa menit setelahnya, netra amber Agatha sontak saja berbinar tepat saat pesanannya yang ditunggu-tunggu datang. "Terimakasih."
Eh tunggu! Gue perasaan gak pesen air putih juga dah.
Agatha mendelik kaget, tepat saat dirinya mendongakkan kepala. "An-dra?"
"Kenapa kaget gitu? Nih ambil! Gue traktir," ucapnya seraya menaikkan kedua alisnya seakan mengisyaratkan Agatha untuk segera mengambilnya.
Dengan gerakan dan senyum kaku, Agatha mengambil semangkuk es krim yang tadi dipesannya.
Sembari memakan es krimnya, Agatha melirik sekilas ke arah Andra yang tampak tengah memainkan ujung kacamata hitamnya dengan gerakan dan tempo berulang.
Agatha calm down, dia gabakal macem-macem sama lo, okay.
"Kenapa lo gak angkat telpon gue?" Pertanyaan menjurus itu sontak saja membuat Agatha tersedak es krim yang baru saja dirinya makan.
Uhukk
Andra yang terkejut reflek memberikan segelas air putih. "Dasar bocah! Makan es krim aja gak becus, heh? Sampe kesedak gitu."
"Udah tuh, lo minum air putih aja! Es krimnya buat gue," ucapan Andra sontak membuat Agatha mendelik tak terima.
"Gak bisa gitu lah! Itu es krim gue yang pesen! Kalo lo pengen tinggal beli, lo gak bangkrut kan, Ndra?" sinis Agatha yang membuat Andra terkekeh pelan.
Tangannya yang semula menggenggam kacamata miliknya, perlahan menyibakkan rambut hitamnya. "Kembali ke topik utama! Jawab gue dengan jujur," lagi-lagi perkataan serius Andra yang seperti ini kerap kali membuat Agatha menjadi was-was sendiri.
Terlebih tipe kepribadian Andra yang tertutup dan juga susah ditebak oleh nalar itu yang membuat Agatha seringkali stress sendiri menghadapinya. "A-pa?" tanya Agatha ragu.
Andra menyunggingkan seulas senyuman dengan mata yang menyipit. "Inggris atau Amerika?"
Tubuh Agatha menegang kaku. "Mak-sud lo?"
"Lo mau menghindar dari gue kan? Dimana rencana lo pindah? Inggris atau Amerika, hm?"
Napas Agatha tercekat. "Si-apa yang mau pin-dah? Lo sukanya ngaco!" elak Agatha seraya mengaduk-aduk es krim di hadapannya untuk menutupi kegugupannya yang pasti sangat kentara.
Tangan Andra yang semula berada di atas meja kini tampak menumpu dagunya, menatap intens ke arah Agatha yang membuat gadis itu mengerjap gugup. "Lo tahu gue siapa kan? Status lo disini masih sebagai babu sekaligus pacar gue. Dan Lo pasti tau kalo gue gak suka dibohongin! Dan kemarin, lo inget apa yang baru aja lo lakuin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
They Call Me the Antagonist [END]
Fantasy©: Story by nopnop "Tha, baca novel ini yok! Gue kepo sama ceritanya sumpah," Ucap Alana yang membuat Agatha terdiam. Sebuah lontaran kalimat membuat nasib mereka dipertaruhkan. They call me the antagonist adalah sebuah cerita yang mengisahkan tenta...