Pagi ini adalah hari terakhir mereka berada di negara Swiss. Sudah dua minggu berlalu, sejak mereka menginjakkan kakinya di kota Zürich. Dan besok, tepatnya di hari Minggu pagi adalah jadwal flight mereka untuk kembali ke Indonesia.
Waktu saat ini telah menunjukkan pukul 08:00 AM. Dari balik jendela dapat terlihat jalanan yang masih tertutupi oleh butiran salju yang turun dari semalam.
"Tha, can we talk for a second?"
Agatha tampak mengernyitkan dahinya bingung sebelum menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Is there any problem?"
Lelaki bernetra emerald itu tampak berdesis pelan. "Actually there isn't, but gimana ya gue bilangnya."
Ya karena kalo salah ucap dikit aja, bisa dipastikan dirinya abis sama si Andra.
"Ger kenapa sih?" Tanya Agatha yang mulai kepo dengan arah pertanyaan Gerald.
Gerald terlihat menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Kata-kata yang sudah ia hafalkan kemarin malam seakan menguap entah kemana. "Ini ada surat buat lo, dah si gitu aja," ucapnya yang diakhiri dengan cengiran lebar.
"Dari siapa, Ger?"
Gerald yang sudah melangkah pergi reflek membalikkan badannya. "Pak bos," jawabnya sebelum kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda.
"Andra? Tumben tu orang ngasih ginian."
Agatha menyipit saat melihat tulisan tangan Andra dalam surat tersebut. "Emang gue yang salah berekspektasi terlalu tinggi,"gumam Agatha disertai halaan napas panjang.
Agatha melirik sekilas jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "08:05? Whatever it is! I don't care," gumam gadis itu sebelum melangkahkan kakinya menuju rooftop mansion.
*****
"Kenapa lagi?" Tanya Agatha sesampainya dia di ambang pintu rooftop.
Agatha mengerjap, tangannya yang masih memegang handle pintu mendadak membeku. "Ndra?"
Netra gadis itu tampak menyapu setiap penjuru rooftop. Seluruh penjuru kini memiliki tema dekorasi yang sangat berbeda dari sebelumnya.
"Lo suka?" Tanya lelaki itu seraya berjalan mendekat ke arah Agatha yang masih terdiam di ambang pintu.
Andra berhenti tepat beberapa sentimeter dari tempat Agatha berdiri. "Tha?"
"Ya?" Jawabnya sebelum melangkahkan kakinya ke arah pembatas rooftop.
Lelaki itu dengan santai mengikuti langkah Agatha. "Lo butuh bantuan buat apa? Nembak Salsha?"
"Salsha?" Tanya lelaki itu dengan raut wajah penuh kebingungan.
"Cewek yang kemarin lo ajak ke mall. Salsha kan namanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
They Call Me the Antagonist [END]
Fantasía©: Story by nopnop "Tha, baca novel ini yok! Gue kepo sama ceritanya sumpah," Ucap Alana yang membuat Agatha terdiam. Sebuah lontaran kalimat membuat nasib mereka dipertaruhkan. They call me the antagonist adalah sebuah cerita yang mengisahkan tenta...