Secangkir coklat hangat bersama beberapa waffle tersaji dengan rapi pada meja bar kecil di dapur utama. Entah ada angin apa, gadis berambut hitam itu tampak berkunjung ke mansion milik Andra pagi-pagi buta.
Agatha yang sejak tadi sudah berada di salah satu kursi di ruang itu lantas saja tersenyum lebar. Tapi tidak bertahan lama, sebelum gadis itu mengurungkan kembali niatnya untuk menyapa. Dirinya memilih bungkam, saat melihat aura ceria yang berbeda dari wanita di hadapannya saat ini.
"Atha!" Agatha reflek menoleh dengan cepat.
"What do you mean, Selena Sartikov?"
Gadis itu tersenyum tipis. "Long time no see, Atha!" Pekiknya girang.
"Sel, gue gak suka candaan lo kali ini. Lo tau itu kan?"
Selena menggeleng cepat. "No, its'me—"
"Selena!" Agatha menyela dengan nada rendah penuh tekanan.
Tangan gadis itu mengepal kuat. "Gue tau lo lagi hamil. Tapi, kalo buat candaan lo yang satu ini, gue gak bisa toleransi," ucap Agatha dengan penuh penekanan.
Gadis itu menghembuskan nafas panjang sebelum kembali berkata pelan."Heh babi, buru makan! Jangan sampai maag lo kambuh! Ntar gue lagi yang repot ngurusin bayi besar gak modal," ucapnya diakhiri seulas senyum getir.
Mata Agatha memanas, tangan gadis itu semakin terkepal kuat. "I'm back but for a while," ucap Selena lirih.
"Lan are you really here?" Tanya Agatha lirih yang dibalas anggukan kepala oleh tubuh Selena.
"Yes, as you can see." Jawabnya pelan.
Selena tersenyum tipis sebelum melanjutkan kalimatnya. "Do you want to hear the secrets of this dimension?"
"Dimensi lain dari novel yang sebelumnya kita baca. Waktu dimana lo kira kita udah masuk di novel padahal belum. And in fact, jiwa lo memilih ikut masuk ke dimensi dimana novel itu dibuat."
Selena terlihat mendudukkan diri di salah satu kursi pada bar kecil di dapur utama itu. "Memori ingatan saat lo ada di dimensi ini udah pasti acak, Tha. Simpelnya kayak sebelum lo ada di dunia sama setelah lo ada di dunia."
"Lo gak mungkin inget kehidupan yang lo alami sebelumnya kan? That's what I mean. Lo paham sampe sini?"
Agatha mengangguk penuh atensi. "Gue baru ngeh itu akhir-akhir ini. Dan gue nunggu penjelasan kenapa lo bisa gak ada disini waktu awal-awal gue masuk kesini."
"Dimensi gue udah bukan di dunia ini lagi, lo tau kan? Kita baca novel itu sehari, before the incident happened."
Selena menghembuskan nafasnya panjang. "Sedangkan memori yang lo inget tentang gimana lo bisa masuk kesini justru di hari kita baca novel dan mati lampu waktu itu."
"It's not like that though."
Agatha mengernyit dengan raut wajah bingung. "Tapi, tokoh Selena pernah bilang kalo jiwa lo gak pernah dateng kesini dari awal."
Selena tersenyum tipis, sangat tipis bahkan tanpa Agatha sadari. "Jiwa tokoh gak akan pernah tau kapan jiwa lain memasuki tubuhnya."
"Yang dia tau hanya sebatas alur kehidupan dimensinya berubah. Simpelnya dia tau tentang kehidupan jiwa gue di bumi tapi dia gak bisa berkomunikasi dengan gue secara langsung di dunianya."
Selena terlihat menopang dagunya dengan sebelah tangan. "That's the reason why she said that I never came to this dimension. Padahal gue udah pernah kesini waktu scene awal di bar."
KAMU SEDANG MEMBACA
They Call Me the Antagonist [END]
Fantasy©: Story by nopnop "Tha, baca novel ini yok! Gue kepo sama ceritanya sumpah," Ucap Alana yang membuat Agatha terdiam. Sebuah lontaran kalimat membuat nasib mereka dipertaruhkan. They call me the antagonist adalah sebuah cerita yang mengisahkan tenta...