Part 32

740 91 58
                                    

Jika kita berbicara mengenai masa lalu kelam seseorang
hanya ada dua kemungkinan yang akan terjadi.
Berdamai menyisakan luka membekas atau
tenggelam bersama penyesalan yang tak akan pernah usai di kemudian hari.

******

Jakarta, 28 April 2021

Bau khas tanah yang basah usai terguyur hujan deras, menyeruak di indra penciuman Agatha.

Kakinya yang terbalut sepatu boot ia injakkan pada tanah becek di hadapannya.

"Tha! Ntar jadi mampir ke cafe seberang taman?" Pertanyaan tersebut sontak membuat Agatha reflek menoleh ke arahnya.

"Na, lo jangan ngadi-ngadi dah. Baju kita udah kek gembel gini, kena ujan juga. Delivery ajalah ntar sampe rumah," tolak Agatha yang dibalas anggukan pasrah oleh Alana.

Setelahnya, keheningan kembali mendominasi, bahkan hembusan angin kini terdengar jelas di indra pendengaran mereka. Sepertinya berita perkiraan cuaca mengenai badai yang akan terjadi pada hari ini memang benar.

Agatha sedikit mengeraskan suaranya. "Mbel, jalannya cepetan! Keburu ni ujan tambah deres," ungkap gadis itu.

Alana mendumel kesal. "Udah gue bilang mending tadi naik ojol aja! Kalo sekarang udah gabisa kan, mane ni batre lowbatt juga."

"Lo yang bilang ndiri kalo mau diet, gue mah orangnya baik. Makanya gue kasih solusi diet murmer!" Jawabnya tak mau kalah.

"Diet murmer, your eyes!"

Agatha berdecak. "Dih ngegasan."

Alana menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba. "Kenapa lagi? Astaga.." Tanya Agatha yang juga ikut menghentikan langkahnya. Gang sempit yang mereka lewati belum ada setengah perjalanan, tapi Alana sudah menguji kesabarannya.

"Tha, samperin rumah mas gebetan lo yok!" Ucapan Alana tersebut sontak saja membuat dirinya mendapat geplakan dari Agatha.

"Bisa gak Na, sekali aja, gak usah jatuhin prestice gue," Alana terkikik pelan.

"Iye-iye lah baperan amat huuu!"

"Btw Tha, lo masih inget novel yang kemarin gue baca?"

"Hmm."

"Tau gak Tha, gue kepikiran kalo misal gue jadi Selena, lo jadi Prilly nya, bakal seru kalik ya," ungkap Alana tiba-tiba.

"Lo kepikiran buat ngubah alur ceritanya gitu?"

Alana menyengir lebar sebagai balasan. "Kebanyakan nonton drakor sama drachin transmigrasi sih lo!"

"Dan kebanyakan yang transmigrasi harus ma-"

Agatha menyela cepat. "Diem! Gosah diterusin lagi!"

"AGATHA!"

Agatha meringis sesaat setelah tubuhnya di dorong cepat oleh Alana.

Mata gadis itu membelalak kaget. "A-lana?"

Agatha bergegas bangkit. Kakinya dengan gesit ia gunakan untuk menendang perut pria di samping Alana dengan bringas. "Bajingan, brengsek!" Umpatnya dengan penuh emosi.

Dengan sekali hentakan, Agatha memutar tangan pria itu ke arah belakang.

"Krek.."

Tanpa menghiraukan lelaki yang sudah pasti mengalami patah tulang tersebut, Agatha berjalan cepat menghampiri Alana.

"Na, bertahan okay. Gue bawa lo ke RS!" Agatha dengan segera menggendong Alana di punggungnya. Kakinya ia arahkan dengan cepat untuk keluar dari gang sempit tadi.

They Call Me the Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang