Happy reading 🍃
Wajah Dasha tampak pucat pasi saat mendapati video lamanya kembali terputar.
Di video terlihat kedua orang tua mereka berjalan menuju bangku taman untuk mengawasi mereka dari sana.
Belum sempat keduanya mendapati sebuah bangku, Dasha terlihat berjalan sedikit oleng, lalu menjatuhkan dirinya cukup keras hingga tepat mengenai batu di pinggir ayunan. Samar-samar terdengar pekikkan dari Lauren yang berniat hendak membantu si kembaran.
Sedangkan kakak laki-lakinya? Dia hanya tersenyum miring memperhatikan keduanya. Tepat saat kedua orang tua mereka datang, bocah laki-laki itu tampak mendorong kasar pundak Lauren seraya berteriak dengan cukup kencang.
"Papa! Lauren melakukannya! Dia yang melakukannya!" Suara dari microphone yang tersambung ke belakang layar tampak memenuhi resto tersebut.
Suara Lauren terdengar jelas dan familiar ditelinga mereka berempat.
Ya, dia akhirnya menyetujui untuk mengisi suara di video memori pahit masa lalunya itu.
Adegan berakhir tepat saat Lauren mendapatkan tamparan keras dari kedua orang tuanya.
Licik.
Satu kata yang ada di benak mereka sekarang. Bagaimana bisa seorang bocah yang baru duduk di bangku SD dan SMP sudah pandai memfitnah kembaran dan adiknya dengan cara picik semacam itu?
Belum puas dengan hal itu, proyektor LCD kembali menampilkan sebuah video si kembar yang tak sengaja tertangkap oleh kamera cctv sebuah bar terdark yang sangat dikenali oleh seluruh dunia.
Dasha, gadis itu terlihat menarik Lauren untuk memasuki bar tersebut.
Kedua orang tua mereka membelalakkan matanya. Tatapan tajam mereka lemparkan ke arah Dasha dan sang kakak yang terlihat mengepalkan kedua tangannya.
Tepat saat adegan puncak berputar, Lauren muncul menuju panggung kecil yang berada di depan mereka.
"Sekarang lo udah inget, Sha? Lo yang maksa gue buat minum-minuman laknat itu!" Gadis itu menggeram kesal. "F*ck! Bahkan babi sekalipun faktanya lebih baik dari pada kelakuan busuk lo itu," tak peduli dengan semua orang yang berada disana, berkali-kali umpatan Lauren lontarkan kepada sang kembaran.
"Ohh iya, gue lupa. Bang Darren juga satu spesies sama lo kan. Sama-sama sakit jiwa!"
Mata Lauren memanas. "Kalo bukan karena Daddy Argantara Delagas, gue gabakalan tau nasib gue disana bakal kayak gimana!"
Tangan Lauren mengepal kuat. "Dan Lo berdua dengan gampangnya bilang kalo gue ada main sama om-om?"
Lauren menjeda sejenak ucapannya. "Bajingan terbrengsek yang pernah gue temuin ya saudara kandung gue sendiri!" Desisnya dengan suara yang terkesan sangat deep.
"Gimana rasanya gue bongkar kebusukan kalian selama ini?" Tanyanya seraya mengulas senyuman sinis dibibirnya.
Lagi-lagi hanya keheningan dan wajah syok dari kedua orangtuanya yang mereka dapati. "Darren! Dasha! Kalian berdua malu-maluin! Pulang sekarang!" Bentakan itu berhasil membuat keduanya beranjak dari duduknya.
Agatha keluar dari ruang monitor. Tangannya merangkul Lauren untuk membawanya pergi dari sana.
Langkah mereka terhenti saat suara Viona menginterupsinya. "Kamu! Pasti kamu kan yang udah berencana ngehancurin ini semua?!"
Agatha berbalik masih dengan seulas senyum seringainya. "Ngehancurin? Apa dibenak Tante kebenaran tidak ada harganya? Apa dipikiran Tante hanya ada bisnis dan uang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
They Call Me the Antagonist [END]
Fantasy©: Story by nopnop "Tha, baca novel ini yok! Gue kepo sama ceritanya sumpah," Ucap Alana yang membuat Agatha terdiam. Sebuah lontaran kalimat membuat nasib mereka dipertaruhkan. They call me the antagonist adalah sebuah cerita yang mengisahkan tenta...