Malam ini Agatha sudah bersiap dengan dress biru tuanya. Hanya sedikit riasan di wajah sebelum gadis itu memutuskan untuk turun ke lantai bawah.
"Udah siap-siapnya, cantik?" Tanya Andra yang sedari tadi menunggu di sofa ruang tamu.
Agatha berdehem pelan sebagai jawaban. Sebelah tangannya Ia gunakan untuk meraih jaket yang selalu gadis itu bawa tiap berpergian.
Andra beranjak dari sofa saat gadis itu berdiri tepat di sisi samping sofa. "Can I hold your hand?" Tanya Andra seraya mengulurkan sebelah tangannya.
Agatha meraih tangan Andra yang terulur di hadapannya. "Yeah, sure."
Keduanya berjalan menuju mobil Ferrari hitam yang terparkir di pekarangan rumah Agatha.
Gadis itu tertawa pelan saat Andra membukakan pintu mobil untuknya. "Seriously? Tumbenan jadi sweet, Ndra," sindir Agatha yang membuat lelaki itu mendengus kesal.
"Byy!" Agatha menahan tawanya saat melihat wajah Andra yang memerah.
"Iya, bawel," jawab Agatha sebelum Ia mendudukkan dirinya di samping kursi kemudi.
Setelah Andra duduk di kursi kemudi, kakinya menginjak pedal gas, menyesuaikan kecepatan rata-rata mobil pada umumnya.
Mobil hitam itu tampak membelah jalanan malam ibukota yang sedikit dipadati oleh para pengendara.
Panorama kota berhias lampu-lampu indah menemani perjalanan mereka menuju hotel tempat acara pertemuan diselenggarakan. Hanya membutuhkan waktu 35 menit untuk mereka sampai di hotel tersebut.
Andra berjalan memasuki ballroom dengan menggandeng lengan Agatha.
Agatha sedikit berbisik saat melihat banyak pasang mata mulai memperhatikan mereka. "Ndra, ada yang salah sama penampilan gue gak si?"
Andra tersenyum kecil memperhatikan kepanikan gadisnya itu. "Ada."
Agatha yang mendengar jawaban laki-laki itu spontan menoleh dengan mata membulat. Seolah mengisyaratkan tanya. "Apa?"
"Salah lo itu cuma satu," Andra sedikit menjeda kalimatnya.
"Terlalu cantik," lanjutnya yang membuat pipi Agatha memerah bak kepiting rebus.
"Sial!"
Ingin rasa Agatha menutupi seluruh wajahnya dengan masker. Gimana bisa, dia tersipu cuma gara-gara gombalan receh seorang Andra.
Mungkin kelamaan menjomblo juga bisa berefek tinggi dalam tingkat kebaperannya.
"Nah kan! Pipi lo tambah gemesin kalo merah gitu," bisik Andra seraya mencubit pelan pipi chubby Agatha.
"Ndra diem deh, gue malu!"
Andra terkekeh pelan seraya meraih pinggang Agatha agar semakin mendekat ke arahnya. "Santai aja, anggep disini cuma ada kita berdua."
Agatha menghela napasnya pelan, gadis itu mencoba tetap tersenyum meski dilanda oleh kegugupan.
Beruntungnya Agatha karena tak lama setelah itu, seorang MC tampak memasuki ruangan untuk menyampaikan rundown acara.
Acara pada malam ini dimulai dengan penyampaian sambutan pembuka oleh penyelenggara acara. Seperti biasa, Agatha akan fokus memperhatikan ke depan, sedangkan laki-laki itu justru izin kepadanya untuk ke toilet.
Acara sudah berlalu 10 menit, sedangkan Andra masih belum juga kembali dari toilet. Agatha sudah bisa menebaknya dari awal. Andra berbicara seperti itu hanyalah sebagai alibi dalam menghindari penyampaian sambutan pembuka yang terkesan monoton dan membosankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
They Call Me the Antagonist [END]
Fantasy©: Story by nopnop "Tha, baca novel ini yok! Gue kepo sama ceritanya sumpah," Ucap Alana yang membuat Agatha terdiam. Sebuah lontaran kalimat membuat nasib mereka dipertaruhkan. They call me the antagonist adalah sebuah cerita yang mengisahkan tenta...