Part 11

1.6K 178 11
                                    

Gemerlap lampu-lampu gedung pencakar langit, nampak menghiasi dataran yang dipenuhi oleh padatnya lalu lalang kendaraan yang melintas.

Melirik sekilas jam di tangannya, gadis bernetra amber itu lantas menghela napas kasar. "Kalo kayak gini terus, gimana gue bisa kabur dari tuh iblis sialan!" Makinya seraya melirik sekilas ke arah kap mobil yang terparkir sedikit jauh dari sampingnya.

"Ekhem, gue mau ke toilet bentar," ucap gadis bernetra amber yang membuat kelopak mata lelaki yang berada di kap mobil itu terbuka.

Netra biru nya nampak menatap tajam ke arah gadis yang baru saja mengeluarkan suara. Tanpa satu patah katapun laki-laki itu mendekat ke arahnya. "Agatha Yovanka, apa lo tahu resiko berbohong dengan seorang Andra Zavier?"

"Ya, gue gak bohong!"

Andra memalingkan wajahnya ke arah pemandangan kota, sebelum kembali membuka suara. "Silakan."

Setelah beberapa menit Agatha berlalu, seorang lelaki berpakaian serba hitam mendekat ke arah Andra. "Woy Ndra, kenapa lo ijinin? Tuh orang sekarang kabur, lo tahu!"

Andra berbalik seraya menyunggingkan sebelah sudut bibirnya. "Gue tau itu, Prilly yang sekarang bukan Prilly yang dulu gue kenal."

"Sebenernya Lo tuh suka sama siapa? Prilly apa Dasha?"

"Dasha? Lo pikir gue beneran suka sama gadis lemah yang bernaung di bawah kuasa gue untuk berlindung? Cih, gak sudi!" Ucapnya seraya berjalan santai menuju mobil miliknya.

"So, gue simpulin kalo sekarang lo ada perasaan sama Prilly," ucapan itu sontak membuat langkah Andra terhenti.

Mendengar hal itu, Andra lantas menyunggingkan sebelah sudut bibirnya. "Prilly? Dia cuma boneka gue."

"Tapi, Lo gak tau kan kedepannya bakal gimana?"

"Terserah lo."

*******


"SELENA!"

Pekikkan heboh itu, sontak saja membuat Selena yang tengah menikmati secangkir teh tersedak.

"Uhuk uhukk"

"Prilly, Lo bisa gak si, kalo muncul gak usah pake teriak-teriak segala!" Omel Selena yang diacuhkan oleh Agatha.

"Sel, sumpah sel, ini gawat banget! Gue bakal jadi buronan habis ini!" Keluh Agatha yang membuat Selena mendelik tajam.

"Lo! Lo habis maling apaan nyet?! Lo gak tiba-tiba berubah jadi babi ngepet kan di jalan, habis itu dikejer warga buat dihakimi?"

Pletakkkk

"Awhh! Sakit bego!"

"Lagian omongan lo ngawur si! Ini lebih parah dari itu! Gue kabur dari Andra," ucapan Agatha sontak membuat Selena menoleh ke arahnya.

"Lo? Kabur dari iblis? Nekat bangett astaga! Terus sekarang kita harus gimana? Masalahnya nih ada pemain tambahan si om songong itu!"

"Eh bentar-bentar sebelumnya gue mau cerita dulu, mumpung masih inget alurnya," ucap Selena yang membuat atensi Agatha terfokus.

"Sebenernya gue bingung sama nih alur yang udah ngalor ngidul gak jelas. Harusnya scene ini tuh Dasha yang ada di posisi lo sekarang, masalah dinner kemarin juga harusnya yang bakal mereka lamar itu Lo! Anak kandung Regantara, tapi kayaknya ceritanya sekarang terlalu rumit, intinya Lo itu anak angkat dari keluarga gue ini," ucapan Selena membuat Agatha mengerutkan keningnya bingung.

"Terus kenapa gue bisa ada di keluarga ini? Dibuang? Miris amat!"

Selena berdecak. "Bukan! Lo ilang waktu kecelakaan bus satu keluarga, seharusnya sih bisa aja langsung ketemu, secara mereka kan kaya, tapi ada satu pihak dalam yang nutupin itu semua, dan baru kebongkar h-2 sebelum keluarga Andra dateng ngelamar."

Mata Agatha menyipit curiga. "Tapi kemarin Lo bilang kita adik kakak, kenapa jadi tiri kek gini?"

"Salah Lo! Gue itu belom selese cerita kalo sebenernya kita adik kakak tiri! Lo sih, maen molor aja!" Cibir Selena yang membuat Agatha menghela napas kasar.

"Lah terus pas gue gak ada, yang gantiin diri gue siapa di keluarga itu?"

Selena menoleh. "Gak disebutin namanya si, tokohnya itu cuma muncul pas scene identitas Lo terbongkar, dan itupun dipanggilnya juga pake umpatan-umpatan."

Mata Agatha terpejam. "Sel, kita pindah luar negeri aja bisa gaksi? Kita bangun Galaektano di sana, rasanya gue mau menenggelamkan diri di danau biar bisa balik lagi ke bumi," kesal Agatha yang membuat Selena mendengus tak suka.

"Gak usah aneh-aneh lu! Iya kalo berhasil, mana tuh cara beresiko, gak menjamin bakal bisa buat kita balik juga, lagi!"

Selena beranjak dari sofa sebelum kembali melanjutkan kalimatnya. "Masalah pindah negara, kayaknya bisa dicoba, tapi mungkin baru bisa terlaksana seminggu lagi, biar gue telepon bokap buat izinnya."

"Eh tapi ya, gue berarti udah bukan anak kandung keluarga Regantara lagi dong?" Pertanyaan itu hanya dibalas Selena dengan hendikkan bahu tanda tak tahu.

*****

Kicauan burung yang saling sahut menyahut nampak menemani kesunyian pagi hari setelah turunnya hujan deras semalam. Agatha yang nampak bimbang terduduk pada sebuah bangku taman di kompleks perumahannya. "Sekolah, enggak, sekolah, enggak,—"

"Sekolah!" Mata Agatha melotot saat sebuah suara memotong gumamannya. "Woy Prill!"

Agatha terlonjak kaget saat sebuah tangan menepuk pelan pundaknya."Astagaa! Alan! Lo sumpah ya, gue kira siapa tadi," ucap Agatha dengan mimik wajah yang nampak terlihat takut sekaligus lega.

"Emang Lo pikir siapa?"

Agatha bersidekap dada. "Iblis!" Juteknya seraya beranjak dari bangku taman tersebut.

"Heh! Woy Prill! Kenapa malah gue ditinggalin si, belom juga selese ngomong!"

Baru beberapa petak Agatha melangkah, kakinya dengan spontan terhenti saat merasa Alan masih tetap mengikutinya pergi. "Gue hari ini mau bolos, so gausah ngikutin gue."

Alan menyengir, membuat Agatha menyipitkan matanya curiga. "Kenapa Lo? Jangan bilang Lo juga mau ngikut bolos?"

"Ekhem, tau aja si bos," ucapnya seraya diakhiri dengan senyuman manis.

"Gak, gak ada! Lo tetep masuk! Kalau gue tahu Lo sama Galaektano lainnya bolos juga hari ini, awas aja!" Omel Agatha yang membuat tampang memelas terukir di wajah baby face Alan.

"Gosah ngerayu gue! Wajah memelas Lo gak mempan kalo sama gue, udah ah, ntar kalo ada yang nanyain gue bilang aja gak bisa hadir karena sakit," ucap Agatha sebelum kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Alan yang tengah memaki-makinya di tengah jalan.

******

Seorang gadis nampak tengah bercermin di sebuah ruang fitting. Dirinya lantas keluar setelah cocok memilih pakaian kasual dipadukan hotpants putih yang melekat di tubuh mungilnya. Dengan rambut panjangnya yang dicepol dua, Agatha nampak keluar dari sebuah store dengan mengenakan masker hitam yang dirinya sengaja bawa di dalam tasnya. 

Drrtt drrttt

Sebuah deringan dari ponselnya membuat atensi Agatha yang semula tertuju pada sebuah resto Jepang kini teralihkan pada ponsel yang berada pada saku bajunya. "Siapa si? Ganggu orang mau bolos aja!" Gumamnya kesal.

Mata Agatha terbelalak saat melihat layar ponselnya tertera nama "Devil."

"Mampus! Baru juga beberapa menit gue bolos, ada aja masalah," keluh Agatha seraya menonaktifkan ponselnya. 

Seusai menonaktifkan ponselnya, Agatha nampak berjalan menuju sebuah resto Jepang dengan acuh tak acuh. Tanpa disadarinya seorang berhoodie hitam nampak tengah mengamatinya dari balik kaca mobil. "I got you," ujarnya seraya menampilkan seulas senyum menyeringai.

Vote dan commentnya jangan lupa guys!

They Call Me the Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang