Part 7

2.2K 224 45
                                    

Hi! Aku up lagi nihh!
Ada yang masih nungguin cerita ini?
Btw, jangan lupa tinggalkan jejak kalian sebagi bentuk apresiasi terhadap cerita ini🌟
Okay langsung aja, happy reading guys❣️
-
-
-
-

Seorang gadis berambut hitam nampak berjalan dengan tergesa-gesa menuju arah sebuah lift. Semua mata karyawan kantor yang awalnya tertuju pada berkasnya masing-masing, kini mendadak teralihkan pada gadis yang baru saja memasuki sebuah lift yang dikhususkan untuk CEO mereka.

Desas-desus mengenai gosip gadis itu dengan cepat menyebar ke seluruh karyawan kantor. Tapi sayangnya, gadis yang dibicarakannya itu bahkan tidak terlihat peduli sama sekali—atau mungkin saja Selena tidak tahu jika yang sedang mereka bicarakan adalah dirinya.

Ya maklum aja sih ya, karena Selena itu tipe orang yang cukup cuek dan bodo amatan.

Tingg

Tepat saat pintu lift terbuka, Selena langsung dihadiahi tatapan tajam oleh seorang lelaki yang akan  dirinya temui itu. "Eh hai om, apa kabar? Nih jasnya udah Selena cuci sesuai perjanjian kemarin," ucap Selena seraya melangkahkan kakinya keluar dari lift tersebut.

"Ikut ke ruangan saya sekarang!" Tegas Sean yang membuat nyali Selena sedikit menciut.

Sedikit lho ya! Se-di-kit!

"Gak mau! Kan ini urusan aku sama om udah selesai," tolak Selena yang membuat lelaki berusia 28 tahun itu semakin menatap tajam ke arahnya.

"Telat 3 menit kau bilang itu sudah selesai?" Sarkas Sean yang membuat Selena menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Selena berdehem. "I-tu salah resepsionis Om! Tadi aku udah on time nyampe kantornya cuma karyawan cabe om yang satu itu memperumit keadaan," protes Selena yang masih tak terima jika dirinya disalahkan atas keterlambatannya.

"Selena Sartikov! Ikut ke ruangan saya sekarang atau kamu ingin saya seret?" Bentak Sean yang membuat gadis itu mengerjapkan matanya bingung.

"Kok Om tau nama panjang aku? Jangan-jangan..." Sean yang mendengar celotehan gadis di hadapannya sontak saja menghembuskan napasnya kasar.

"Lama!" Ucap Sean tak sabar seraya menggeret lengan Selena secara paksa.

"Kyaaa!! Sakit eh Om wo–mmpphh" ucapan Selena tiba-tiba terhenti saat sebuah tangan dengan lancang membekap mulut cerewetnya itu.

Blammm

Tepat saat pintu ruangan itu tertutup, detik itu juga Selena meraup oksigen di sekitarnya dengan rakus. "Om gila ya! Kalo Selena mati kehabisan napas gimana?!" Omel Selena yang tak digubris lelaki tampan itu sama sekali.

Sean menghela napas kasar. "Sesuai perjanjian, saya akan kasih kamu hukuman tambahan karena sudah telat datang kesini."

Selena membelalakkan matanya tak terima. "Loh Om mana bisa gitu! Orang  aku gak telat juga!" Protes Selena seraya bersedekap dada.

"Tidak usah mengelak, sekali telat yaudah! Gak usah ngakunya gak telat," ucapan tersebut sontak saja membuat Selena mencibir.

"Tidik isih mingilik, sikili tilit yiidih! Gik isih ngikinyi gik tilit," Sean yang mendengar cibiran gadis remaja itu hanya dapat mengelus dadanya sabar.

"3 bulan, jadi pacar kontrak saya," bibir Selena yang semula hendak terbuka, kini kembali terkatup. Matanya mengerjap tak percaya ke arah lelaki berambut hitam itu.

Apa tadi dia bilang? Gue jadi pacar kontraknya?

"Gak! Selena gak mau!" Protes gadis itu setelah tersadar dari pikirannya.

They Call Me the Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang