[FOLLOW SEBELUM MEMBACA YAA]
Kehidupan yang tidak ada tantangannya adalah hal paling membosankan. apalagi jiwa yang sepi ini karena hidup sendirian. memang benar materi tidak sepenuhnya membantu mengisi ruang bahagia.
Bisakah dua orang asing yang b...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Vamps - Just My Type
She lets me down Then gets me high Oh I don't know why She's just my type She's bad advice I don't think twice Oh I don't know why She's what I like
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku terbangun di ruangan asing dengan cahaya pagi yang menyilaukan. Mataku menelusuri segala penjuru ruangan yang jauh lebih besar dari pada kamarku. Nuansanya hitam dan putih serta kesan bersih.
Tidak ada satu pigura pun yang menghiasi bilik ini. Karena rasa penasaranku akhirnya ku langkahkan kaki mencari jalan keluar.
"Kau sudah bangun?" Ucap lelaki berbadan jauh lebih tinggi dariku dengan bajunya yang penuh dengan peluh yang mengucur.
"Kenapa aku bisa disini?" Tanyaku mendekat padanya yang sedang sibuk berlari diatas treadmill.
"Semalam kau tertidur. Kalau harus kubawa ke unit mu akan mencurigakan karena tidak bisa langsung connect dengan lift" jawabnya dengan nafas yang tersengal sengal
"Apakah kita tidur bersama?" Tanyaku yang membuatnya tertawa dan hampir terjatuh namun dengan sigap ia menyeimbangkan lagi kecepatan berlarinya.
"Tentu saja tidak, aku tidur di sofa. Sudah ku bilangkan aku tidak akan pernah macam - macam" ucapnya yang bersamaan dengan alat larinya yang berhenti.
"Ternyata kau bisa dipercaya juga" ucapku
"Lelaki memang yang dipegang ucapannya kan" ujaranya beranjak menuju ke dapur dan mengeluarkan beberapa bahan dari kulkas dua pintu hitamnya yang mengkilap.
"Kau duduk saja, akan kumasakkan" ucapku padanya
"Memang seharusnya begitu kan" ucapnya jahil lalu kubalas dengan putaran bola mataku.
"Berhati-hatilah, tidak perlu terburu-buru" katanya saat aku sedang memotong wortel yang cukup keras ini.
Sial, tanganku teriris. Ia beranjak dari duduknya mengambil jariku lalu mencucikan lukaku di wastafel.
"Jangan pikir aku akan memasukkan jarimu ke mulutku seperti di film. Itu tidak akan terjadi yang ada malah kau tidak mau diobati" ucapnya yang sekarang sedang menatap lekat jariku yang terluka lalu mengambil obat merah. Meniupkan sedikit agar tidak terasa perih dan ditutup oleh plester.