#35 // Sampai Bertemu di Pengadilan

233 20 17
                                    

Seperti yang sudah kuduga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti yang sudah kuduga. Laura tidak akan menyanggupi permintaan kami yang terjadi saat ini ia malah membuat video yang diunggah di youtube tentang cerita karangannya sendiri kejadian saat aku "menghamilinya". Aku menutup kolom komentar instagram ku yang diserbu oleh orang - orang yang mempercayainya.

Aku menangis semalaman sendirian di kamar melihat semua ini terjadi begitu saja. Masa depanku sekarang sepertinya sudah sangat hancur dengan berita bodoh ini. Hal yang membuatku merasa lebih sedih adalah kolom komentar Alina juga ikut dibanjiri oleh gunjingan. Bahkan, ada yang mengutuknya karena percaya dengan omongan Laura yang menyebutkan dirinya sebagai pelakor.

"Ahmad" Pintu kamarku terbuka di susul oleh suara bariton yang tidak asing di telingaku.

Abang tertua ku, Si Pemangku Raja Pahang. Aku menghapus air mataku dan mencoba berlagak biasa saja di depannya.

"Kau membaca semua komentar mereka? Tanyanya yang lalu mendudukkan diri tepat disampingku.

Aku tidak mampu menjawabnya karena tenggorokanku terasa sakit akibat menahan tangis terlalu lama.

"Sudah kuduga kau membacanya. Tutup saja instagram mu. Membacanya hanya memperparah keadaan" sarannya

"Aku tidak apa jika mereka hina atau lakukan apapun sesukanya terhadapku. Tapi kenapa Alina harus ikut mereka serang?" Akhirnya bibirku ini mampu mengucapkan sesuatu.

"Ck, kau ini. Apa kau bisa jamin dia memikirkanmu sekarang dan seterusnya disana? Bahkan, dia tidak menghubungimu sejak saat itu kan?" Ucap Abangku ini

"Mungkin saja dia memikirkanku dengan caranya sendiri" jawabku

"Lalu, kau juga harus memikirkan dia dengan caramu sendiri. Saat ini kau bukan memikirkannya tapi apa yang orang lakukan padanya. Itu memang sekilas terlihat tidak berbeda nyatanya sangat berbeda. Kalau kau memikirkannya dengan baik kau tidak akan menangis seperti kehilangan arah sekarang karena kau percaya dia bisa berjuang disana dengan caranya. yang kau lakukan saat ini adalah hanya meremehkannya dengan cara takut dia tidak bisa survive tanpamu. Ingat Ahmad, secinta apapun seorang kepadamu jangan mengharapkan dia tidak bisa hidup tanpamu karena itu hanya akan membuatmu menjadi besar kepala. Orang bisa datang dan pergi ingatlah itu. Biarkan dia hidup dengan kehidupannya sekarang. Fokusmu saat ini adalah bagaimana masalah ini selesai. Hiraukan saja dia akan tetap dihidupmu atau tidak" jelas Abangku yang membuat pikiranku terbuka bahwa sekeras apapun aku mencoba mempertahankannya bila memang bukan dia orangnya, tidak akan pernah bertahan.

Abang menepuk - nepuk pundakku dan beranjak pergi dari kamarku. Pintu itu kembali mengeluarkan suaranya.

Meskipun aku tidak tahu kamu memikirkanku atau tidak setidaknya percayalah ketika aku benar - benar mengharapkanmu kembali.

Aku akan berjuang agar ini selesai dengan atau tidak adanya kamu.

"Mad, Ada seorang penonton yang memberikan sebuah video padaku. Kau tidak akan mempercayai ini tapi ini bisa dijadikan bukti kuat untuk kita masukkan ke dalam pengadilan" sebuah pesan singkat yang dikirimkan oleh Zaidi membuatku penasaran walah hanya dibaca melalui pop-up notifikasi.

Aku langsung membalasnya dan dia malah mengirimkan link untuk Zoom meeting. Lalu, aku memasuki room meeting tersebut dan ternyata berisi semua orang yang membantuku menyelesaikan masalah ini tentu saja ada keluargaku juga.

"Kita mulai ya rapat mendadak ini. Kebetulan memang aku kirimnya forward karena ada beberapa hal yang harus dipastikan dulu sama yang sekiranya paham baru aku berani bilang secara masif" ucap Adit

"Jadi begini, kebetulan memang penonton kami syukur saja mau membantu kami tanpa diminta. Setiap hari ada banyak email yang mengirimkan bukti - bukti yang bisa dibilang cukup kuat" lanjut Adit

"Foto, video, dan beberapa voice notes sepertinya sudah cukup membuktikan ini semua. Lebih baik kita bekerja sunyi." Ucap Zaidi

***

Semalam Alina menelfonku mengatakan bahwa dia harus mengurus perusahaan kakeknya dan harus berhasil dalam kurun waktu tiga bulan. Ia juga mengatakan bahwa ini harus dirahasiakan dari siapapun.

"Bagaimana kabarmu disana Lin?" Tanyaku

"Cukup baik tapi cukup melelahkan juga. Setiap hari aku harus meeting lalu ke rumah sakit terkadang juga harus mengunjungi pabrik obat - obatan kami. Makanya aku tidak pernah memegang handphone beberapa waktu terakhir" jelasnya

"Kau sudah pernah menghubungi Ahmad?" Tanyaku padanya

Ia cukup diam beberapa saat. Seperti ada yang aneh.

"Aku akan merelakannya sepertinya" ucapannya barusan mengagetkanku. Bagaimana bisa seseorang yang terlihat sangat mencintai pasangannya tiba - tiba ingin mengikhlaskan begitu saja.

"Why? Lin kita disini berjuang biar masalah ini cepat selesai dan kamu bisa balik lagi sama Ahmad. Kenapa kamu sendiri malah putus asa kaya gitu?"

"Zai, coba kamu ngerasain diposisiku. Kakekku sendiri bahkan ngatain aku cucu nggak berguna dan nggak punya otak karena masalah kemarin. Beliau berpikir aku berusaha buat jatuhin usahanya. Aku capek Zai kena masalah terus. Sebelum sama Ahmad hidupku nggak tenang. Masa sekarang harus nggak tenang lagi" aku bisa merasakan bahwa ia sangat kelelahan. Tapi yang jelas kurasa ia masih sangat mengharapkan Ahmad hanya saja ia selalu di jejali perkataan menyakitkan dari kakeknya sehingga berkeinginan menjauhi Ahmad.

"Tidak ada yang berjalan sempurna Lin. Burung akan terus bercicit kamu hanya perlu fokus sama yang kamu mau. Aku tahu kamu pasti ingin kembali lagi sama Ahmad tapi kamu nggak cukup kuat buat tutup telinga kamu sendiri atas omongan mereka. Take control of your body Lin. Jangan biarkan mereka yang gerakin kamu. Kamu bukan robot" ucapku

"Harapku juga begitu Zai. Tapi semua itu rasanya sangat sulit"

"Nggak akan sulit kalau kamu memang punya tekad yang kuat. Ikan di laut pun butuh melawan hiu dan hewan buas lainnya buat dapetin apa yang mereka ingin. Dan kamu juga harus kaya gitu"

Sungguh Berat memang terkadang rasanya kehidupan yang tidak terduga ini. Kadang diri kita sendiri belum kuat untuk melawan diri kita sendiri. Padahal, musuh terberat adalah diri kita sendiri.

Memang betul adanya bilamana ingin jatuh cinta. Jatuh cintalah pada diri sendiri dahulu baru orang lain.

Bagaimana bisa mengerti dan dimengerti orang lain kalau kita tidak tahu diri kita sendiri.

Perihal jatuh cinta dan patah hati sepertinya kita tidak akan pernah terlatih.

Perihal Adit dan Alina yang dekat akan tidak terduga bisa menyakiti.

Perihal Ahmad dan Alina ada yang mencinta tapi tak kunjung diterima oleh dunia.

Bahagia dan patah hati. Tak sama tapi bisa beriringan. Cinta ini rumit. Sedetik, semenit, ataupun berapa puluh tahun sepertinya akan sulit dipahami.

Jangan coba - coba jatuh cinta kalau belum siap patah hati. Begitu pula dengan patah hati. Bersiaplah karena cinta pun juga bisa datang kapan saja.

Sepertinya aku terlalu banyak bicara. Padahal, masalah cinta setiap orang tidak akan pernah sama.

 Padahal, masalah cinta setiap orang tidak akan pernah sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[END] ROYAL (BAD) BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang