"Berkasnya saya tunggu, segera taruh di meja saya."
Tidak terasa dua bulan sudah mau berakhir. Kurang satu bulan lagi. Progresnya sudah lumayan terlihat walaupun terkadang masih naik turun tapi itu hal yang wajar.
Setelah aku menolak malam itu, Dika tidak berubah. Dia masih baik, perhatian, dan tentunya dia masih membantuku dengan profesional.
Sulit pasti baginya tapi kuharap dia bisa paham. Meskipun dia datang terlebih dahulu kalau hati ini berkata seseorang yang baru. Mau apa?
Masalah hati bukan perihal siapa yang datang terlebih dahulu atau bukan. Tapi berdasarkan rasa nyaman.
Dika memang juga membuatku nyaman tapi tetap saja rasanya berbeda. Mereka berdua memiliki keunikannya masing-masing dan aku pilih Ahmad.
"Beruntunglah kau sebentar lagi semuanya mencapai titik terang. Aku dengar semua berkas keperluan pengadilan Ahmad, sudah diberikan kepada pengadilan. Tapi aku kurang tahu perkembangannya bagaimana." Ucap Kennard.
Kennard sekarang setiap hari berada di kantorku. Katanya kalau aku sudah tidak di Amerika lagi akan kesulitan untuk mendapatkan waktu quality time bersama.
"Kau sudah yakin tidak ingin ikut denganku ke Malaysia saja? Apa tidak bosan di Amerika terus?" Tanyaku padanya yang sedang menyesap teh hangat.
"Aku akan mengunjungimu sesekali. Tapi untuk pindah kesana kurasa tidak. Kalau aku ikut pergi perusahaan ini siapa yang handle? Kau masih perlu menempuh kuliah terlebih dahulu untuk kembali mengurus ini. Liburanmu sebentar lagi juga akan usai. Pembelajaran akan dimulai lagi."
Ah, ya. Betul sekali. Baru kusadari kalau aku ini masih seorang mahasiswa. Memang sih tidak terasa terlebih ada masalah kemarin. Fokusku menjadi bagaimana masalah ini selesai dalam waktu tiga bulan bukan liburan yang akan habis dalam tiga bulan.
Lucu memang terkadang kita tidak sadar dengan apa yang sedang terjadi karena terlalu fokus pada sesuatu.
Seperti cinta, kita sering tidak sadar sedang terluka atau bahagia karena terlalu fokus pada kekasih. Itulah mungkin mengapa banyak orang yang terjebak dalam toxic relationship tanpa sadar.
"Ken, menurutmu apakah aku sudah cocok untuk menikah?" Entah mengapa aku ingin menanyakan hal ini padanya. Semalam aku memimpikan pernikahan yang sangat indah.
Gambaran tentang mimpiku semalam adalah dimana semua para tamu undangan dan keluarga menampakkan wajah yang sumringah meski aku tidak tahu siapa mempelai prianya.
Semuanya terlihat sangat nyata. Aku jadi penasaran kalau aku betul-betul menikah bagaimana kejadiannya.
Kennard mengernyitkan matanya kebingungan, "Ada apa gerangan tiba-tiba bertanya tentang itu?"
"Hanya mimpi semalam." Jawabku
"Oh, tapi menurutku cocok-cocok saja. Ya, meskipun usiamu masih muda tapi kau cukup dewasa."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] ROYAL (BAD) BOY
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA YAA] Kehidupan yang tidak ada tantangannya adalah hal paling membosankan. apalagi jiwa yang sepi ini karena hidup sendirian. memang benar materi tidak sepenuhnya membantu mengisi ruang bahagia. Bisakah dua orang asing yang b...