Aku sudah bertemu dengan Ahmad dan beberapa keluarga kami. Sudah mulai membicarakan juga rencana lamaran dan pernikahan.
Aneh ya rasanya? Aku masih suka ngakak dalam diam kalau ingat lagi pembicaraan tadi. Nampak serius sekali padahal selama perundingan para orang tua dan kakak-kakak aku dan Ahmad hanya bertukar pandang kikuk.
Dua anak kemarin sore yang bersatu karena perjanjian aneh sekarang malah mau perjanjian suci. Dasar Alina ngomongnya mau jadi crazy rich aunty yang single namun hot malah menikah lebih dulu dari pada tantenya yang ada di sydney.
Tante Letti yang menjadi panutanku kala itu karena melihatnya sungguh menyenangkan. Pembawaanya elegan namun sekalinya bersuara sangatlah kocak. Meski dandanannya heboh tapi semua yang melekat asli semua bukan KW tanah abang.
"Oh my dear. Dulu, katanya mau kaya tante malah sekarng mau nikah duluan. Hihihi. Kasih tahu testimoninya ya nanti say.." Ledek Tante Letti ketika mendengar aku akan menikah
Well, setelah perundingan itu selesai nampaknya Ahmad belum mau berpisah sebentar denganku. Aku paham pasti dia kangen nggak ketulungan sebelas dua belas lah sama aku. Bedanya aku gengsi jadi nggak mau kelihatan manja.
Kalau gengsinya dibuang udah dari tadi aku yang gelendotan minta peluk sama dia. Ups..
"Ahmad.." Panggilku padanya yang sedang asik merangkulku dan menaruh kepalanya di pundakku.
"Hmm?"
"Nanti kalau nikah kita sekamar ya?" Tiba-tiba aku menanyakan itu. Aneh sih sebenarnya pertanyaanya. Tapi rasanya kikuk aja gitu bingung mau ngobrolin apa udah lama nggak pernah ketemu jadi bingung nyari topik. Padahal, harusnya malah banyak yang bisa di obrolin.
"Ya iyalah. Belum nikah aja kita sekamar. Bedanya nanti seranjang. Tiap malem kamu aku pelukin biar nggak ilang." Ungkapnya yang membuatku menoyor kepalanya.
"Jangan mikir yang aneh-aneh. Nikahnya masih dua minggu lagi." Ucapku
"Kamu kali yang mikirnya kejauhan. Aku kan cuma bilang fakta aja. Kamu nanti stok baju yang banyak ya.." Ucapnya menggantung.
"Ha? Ya normal aja bajuku kan juga udah banyak. Mau bikin pabrik baju apa gimana? Emang kenapa sih nyuruh-nyuruh stok baju banyak?"
Dia tampak ragu menjawabnya. Dasar aneh. Lalu dengan lembut ia berkata, "ya kan takutnya aja sobek gitu sampe nggak bisa dipake lagi. Jadinya stoknya yang banyak. Gitu."
Aku menatapnya aneh, "Ya nggak mungkin sobek sampe nggak bisa dipakai lah. Emangnya aku sepetakilan apa sampai segitunya. Kamu lama nggak ketemu makin absurd ya."
Ia menggaruk tengkuknya, "bukan kamu yang petakilan mungkin. Tapi aku, kamu yakin nih mau nikah? Kayaknya kamu masih terlalu polos"
Aku mengangkat alis dengan tampang masam. "Kamu ngatain aku polos? Aku tahu ya kalau nikah harus ngapain. Bersih-bersih, masakin buat suami, nyiapin baju, menyiapkan semua keperluan kamu. Gini-gini aku tahu basic jadi istri yang baik." Sombongku.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] ROYAL (BAD) BOY
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA YAA] Kehidupan yang tidak ada tantangannya adalah hal paling membosankan. apalagi jiwa yang sepi ini karena hidup sendirian. memang benar materi tidak sepenuhnya membantu mengisi ruang bahagia. Bisakah dua orang asing yang b...