Bagian 9

123K 7.3K 306
                                    

Aldan dan Dira saat ini dalam perjalanan menuju ke rumah sakit, untuk cek up kandungan Dira.

Kebetulan Aldan mempunyai kenalan dokter kandungan di rumah sakit itu, dan ia sudah menghubungi dokternya  katanya saat ini sedang tidak ada pasien, jadi mereka tidak perlu menunggu lama nantinya.

Aldan melirik Dira yang sedang menatap jalanan lewat jendela mobil, wanita itu sendari tadi diam saja tidak berbicara apapun. Wajahnya juga dalam keadaan murung dan terlihat ada rasa cemas.

Apa yang sedang di pikirkan oleh wanita ini, batin Aldan.

"Kamu sedang memikirkan apa?"tanya Aldan, sambil sesekali menatap jalanan karena jalanan saat ini sedang ramai, dia takut jika tidak fokus akan membahayakan keselamatan dirinya dan juga Dira.

"Saya tidak memikirkan apa-apa tuan, saya hanya merasa takut jika anak saya kenapa-kenapa karena kecerobohan saya yang tidak memeriksanya selama tiga bulan,"balas Dira sembari menoleh menatap tuannya.

Sendari tadi Dira terus mencemaskan keadaan anaknya. Mau bagaimanapun dia masih terbilang gadis yang baru beranjak dewasa dia  belum tau banyak tentang kehamilan, tentang cara bagaimana menjaganya dan lain sebagainya. Dan selama ini ibunya lah yang mengajari dirinya cara merawat kehamilannya dengan cara-cara yang ibunya percayai.

"Saya yakin semuanya akan baik-baik saja,"ucap Aldan berusaha menenangkan Dira supaya tidak terlalu cemas karena itu juga tidak baik untuk kesehatan kandungnya.

"Benarkah tuan?"tanya Dira sudah sedikit merasa tenang.

"Iya saya yakin semuanya akan baik,"jawab Aldan terlihat sangat meyakinkan.

___

Dira dan Aldan memasuki ruangan dokter kandungan, Dira melihat meja dokter terdapat name tag bertuliskan Dr Sindi.

"Duduk pak, Bu,"ucap dokter Sindi dengan ramah.

Aldan dan Dira segera duduk di kursi yang di sediakan di depan meja dokter.

"Aldan, ini siapa kamu?"tanya dokter Sindi.

"Em dia saudara saya,"jawab Aldan.

Aldan tidak mungkin mengatakan jika Dira ini adalah asistennya, mau ditaruh dimana mukanya nanti kalau orang-orang tau dia yang merupakan bos besar menemani cek up kandungan pembantunya. Dan entah kenapa Aldan juga takut menyinggung hati wanita ini.

"Cantik anaknya, masih muda banget yah?"tanya dokter Sindi sambil tersenyum kepada Dira dan Dira membalasnya dengan senyum juga.

"Kita nggak usah pakai bahasa formal lah ya Al, kaya biasa aja,"ucap dokter Sindi kepada Aldan. Aldan hanya menganggukkan kepalanya.

Dokter Sindi ini adalah istri dari sepupu Aldan usianya sudah sekitar 35 tahun.

"Berapa umurmu cantik?"tanya dokter Sindi.

"18 tahun dok,"jawab Dira.

Dokter Sindi mengangguk, masih begitu muda tapi Dira bukan pasien paling mudah yang pernah ia tangani. Sebelumnya bahkan ada anak usia 16 tahun yang sudah hamil karena perjodohan dari orangtuanya ataupun ada yang hamil di luar nikah. Padahal diusia mereka yang sangat rentan mengalami keguguran dan komplikasi lainnya.

"Lalu dimana suamimu? Kenapa Aldan yang menemanimu untuk cek up?"tanya dokter Sindi kembali.

"Bisa dimulai saja pemeriksaannya, saya harus berangkat ke kantor sebentar lagi,"ucap Aldan mengubah topik pembicaraan yang menurutnya sangat membuang waktu.

"Baiklah, ayo mbak kita ke bilik pemeriksaan saya akan melakukan USG untuk memantau perkembangan sang bayi,"ucap dokter Sindi, Dira mengangguk dan berdiri dari duduknya kemudian berjalan menuju bilik pemeriksaan yang ada di dalam ruangan ini.

Hamil Anak Tuan Ku ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang