Bagian 4

159K 6.4K 179
                                    


Keesokan harinya...

Dira berdiri di dalam kamar mandi dengan perasaan deg-degan dan juga takut, Dira terus menatap benda yang dibelinya di apotek kemarin yang kini tengah ia celupkan ke dalam gelas berisi air seninya.

Wanita itu menutup mulutnya saat salah satu dari testpack itu menunjukkan dua garis.

"Nggak. Pasti testpack itu sudah rusak, nyatanya yang satunya nggak menunjukkan dua garis hanya satu saja,"gumam Dira.

"Ck sepertinya aku di tipu sama mbak-mbak apoteknya, nyatanya yang lebih mahal itu tidak bagus dan sudah rusak. Berarti sayang banget dong uangku kemarin buat beli ini,"gerutu Dira, kemudian mengambil kedua testpack itu dan membuangnya di tempat sampah yang ada di pojok kamar mandi. Biarlah di buang di situ dulu nanti setelah sarapan baru ia buang.

Saat ini perasaannya sudah merasa lega, ia memang sudah yakin seratus persen jika dia hanya masuk angin saja, benih laki-laki itu ia jamin tidak berkembang di dalam sana. Dira juga tadi sudah melihat di celana dalamnya ada bercak kecoklatan mungkin sebentar lagi dirinya akan haid.

"Ahh begitu bodohnya aku sampai mengira diriku hamil,"ucap Dira sembari menggelengkan kepalanya untuk meruntuki kebodohannya.

Dira kemudian bergegas keluar dari kamar mandi, untuk membantu ibunya memasak buat sarapan.

                               ___

"Ayo ayah, ibu kita sarapan ini masakannya sudah matang,"ucap Dira sembari menata makanannya di atas meja. 

Keluarga Dira memang sangat harmonis, jika waktunya makan mereka akan makan bersama-sama. Keluarga mereka bahkan jarang bertengkar, jika ada masalah mereka selalu menyelesaikannya dengan kepala dingin, keluarga Dira bahkan hampir tidak pernah mendapatkan gunjingan dari para tetangganya karena ayah Dira selalu mengajari anak dan istrinya berperilaku baik di luaran sana.

Ayah Dira yang baru selesai mandi lalu duduk di kursi meja makan.

"Kalian makan duluan aja ya, ibu mau ganti pakaian dulu,"ucap ibu Dira, kemudian pergi menuju kamarnya.

"Ayah Dira ambilin ya makanannya."

"Tidak perlu nak, ayah ambil sendiri aja,"ucap Damar ayah Dira.

Dira mengangguk kemudian ia memilih mengambil makanan untuk dirinya sendiri.

"Ayah nanti berangkat ke kebun?"tanya Santi yang sudah selesai berganti pakaian.

"Berangkat Bu."

"Ya udah nanti ibu bawain bekal ya."

Damar hanya menganggukkan kepalanya, lalu mereka makan dengan hening.

Sepuluh menit kemudian mereka sudah selesai sarapan.

"Biar Dira yang bereskan saja Bu."Dira berdiri dan berusaha mencegah ibunya yang akan membereskan sisa makanan mereka.

"Dira kamu duduk, ayah ingin berbicara dengan kalian berdua,"ucap Damar.

Dira menurut kemudian ua duduk kembali.

"Ayah mau bicara apa?"tanya Dira.

"Ayah tidak tau ini berita buruk atau baik, tapi jika ini benar ayah sangat bersyukur sekali rasanya,"ucap Damar dengan senyum terpatri di bibirnya.

"Selama ini ayah selalu menunggunya, tapi dia hadir di saat umur ayah sudah 59 tahun, ayah tidak menyangka sama sekali."ucap Damar kembali.

Dira hanya bisa terdiam kebingungan dengan apa yang di maksud oleh ayahnya, Dira melirik ibunya yang juga sedang menatapnya sama-sama bingung.

Hamil Anak Tuan Ku ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang