bagian 29

99.4K 5.1K 173
                                    

Beberapa minggu kemudian.

.....
Kini Liana dan Dira sedang berdiri di atas panggung yang berada di aula kantor Aldan setelah tadi selesai berpidato.

"Sekarang perusahaan ini sudah resmi menjadi milik menantu saya dan juga calon cucu-cucu saya," ucap Liana dengan senyum penuh kebahagiaan dibibirnya.

Secara serentak terdengar suara riuh tepuk tangan dari para karyawan Aldan dan juga sebagian wartawan yang datang siang ini untuk meliput.

Dira hanya diam sembari tersenyum manis kepada semua orang.

Ia tidak menyangka Liana sampai berbuat seperti ini, menyerahkan semua harta kekayaan Aldan atas namanya, tapi Dira tahu ini bukan sepenuhnya untuknya yang Liana lakukan ini adalah untuk masa depan cucunya yang belum lahir ini.

Dira mengelus perut buncitnya.

Lihat nak, apa yang di lakukan oleh omamu, kalian belum lahir saja sudah di kasih bagian, batin Dira.

Sebenarnya Dira tidak menginginkan semua ini tapi Liana terus saja memaksa katanya ini untuk masa depan cucunya dan supaya Aldan tidak bisa meninggalkannya atau berbuat sesukanya.

"Apa nyonya Dira juga yang akan memimpin perusahaan ini nyonya Liana?" tanya salah satu pewawancara.

Dira menoleh ke orang yang bertanya itu.

"Tentu tidak, menantu saya sedang hamil. Jadi yang memimpin perusahaan ini adalah saya sendiri untuk sementara waktu."

Dira tau Liana berkata seperti itu karena ingin menghargainya dan tidak mau mempermalukannya di depan umum. Liana pasti sudah tau dirinya tidak mengerti urusan kantor seperti ini makanya Liana beralasan seperti itu.

"Mohon maaf nyonya Liana, saya ingin bertanya di mana tuan Aldan? Setelah tertembak waktu itu kami tidak pernah bertemu dengan beliau sampai detik ini?"

Liana berusaha tersenyum walaupun dadanya terasa sesak dan matanya mulai berembun karena mengingat anaknya.

"Dia baik," hanya jawaban itu yang di berikan oleh Liana.

"Apakah luka tembak yang di derita oleh tuan Aldan parah nyonya?"

"Tidak, dia hanya tertembak di bagian lengan saja."

"Apakah benar nyonya memutuskan hubungan keluarga dengan tuan Aldan?"

"Itu tidak benar! Mana ada seorang ibu memutuskan hubungan dengan anaknya."

"Tapi di mana sekarang tuan Aldan tinggal, apa dia sedang berada di luar negeri?"

"Tidak, dia ada di Indonesia."

"Untuk nyonya Dira, apakah nyonya merindukan suami nyonya?" tanya pewawancara itu yang berganti mewawancarai Dira.

Rindu?

Mungkin iya dirinya merindukan Aldan, terbukti selama ini ia tidak bisa tidur nyenyak tanpa adanya Aldan di sampingnya, atau mungkin ini bukan dirinya yang rindu pada Aldan tapi anak-anaknya.

Kejadian beberapa minggu yang lalu membuat hatinya begitu sakit hingga beberapa hari lamanya, apalagi setelah dirinya mendapatkan kabar jika ayahnya berusaha membunuh Aldan dengan cara menembaknya itu membuat Dira sangat panik waktu itu dan akhirnya pingsan.

Walaupun ia membenci Aldan tapi ia tidak mau Aldan mati, lebih baik Aldan pergi dari kehidupannya tapi jangan pergi untuk selama-lamanya karena Dira tentu tidak akan sanggup.

Karena Dira percaya Tuhan mampu membolak-balikan perasaan seseorang. Mungkin iya, dulu ia begitu membenci Aldan setelah mengetahui jika Aldan lah yang sudah memperkosanya tapi sekarang rasa benci itu sudah mulai memudar dan tergantikan rasa rindu ingin melihat.

Hamil Anak Tuan Ku ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang