bagian 37

82.8K 4.3K 239
                                    








Beberapa hari kemudian...

                 Aldan berada di dalam kamar mandi menemani Dira yang tengah bab. Jika di temani di luar mungkin tidak apa-apa tapi saat ini Aldan berada di dalam dan berdiri di depannya persis, Dira kan jadi merasa malu dan tidak enak pada suaminya takut suaminya nanti kebauan.

"Mas keluar aja deh, aku jadi susah keluarin fases nya kalau di lihatin gitu," ucap Dira dengan kedua pipinya yang merona.

"Tapi mas takut kamu kepeleset atau jatuh sayang, udah nggak apa-apa  jangan di tahan sayang keluarin aja mas nggak apa-apa kok," ucap Aldan yang tengah berdiri di depan Dira berusaha meyakinkan Dira yang tampak tidak enakan pada dirinya.

Padahal Aldan sama sekali tidak keberatan mau nanti bau atau tidak, ia tidak peduli, ia hanya ingin menjaga istrinya saja takut kenapa-kenapa.

"Ih mas aku malu! fases aku juga malu makannya nggak mau keluar." Kesal Dira.

Aldan yang mendengarkannya jadi tertawa.

"Ya udah mas keluar, tapi mas tetap di depan pintu ya. Kalau kamu udah selesai bilang sama mas biar mas bantu pakai celana dalamnya."

Dira mengangguk, setelah Aldan keluar Dira jadi bisa bernafas lega, perutnya terasa mulas dari tadi tapi entah mulas ingin bab atau apa Dira juga bingung sendiri. Dari tadi ia menunggu tapi tidak keluar-keluar juga fasesnya hanya buang air kecil saja terus-menerus.

"Eh kok nggak mules lagi," gumam Dira merasa bingung.

Dira lantas menekan tombol on di closetnya dan membersihkan bagian intimnya, Dira lalu mengambil tisue untuk membersihkan vaginanya yang basah.

"Mas udah," ucap Dira. Dira terkekeh geli ia jadi mengingat dulu waktu kecil memanggil ibunya saat sudah selesai bab untuk minta di cebokin.

Aldan lantas masuk ke dalam dan membantu Dira bangun dari closet duduk itu.

"Kamu nggak jadi bab ya sayang?" tanya Aldan.

"Nggak mas, udah nggak mules lagi perutku," jawab Dira.

Aldan mengerti lalu mulai memakaikan Dira celana dalam kembali.

"Makasih ya mas," ucap Dira kemudian mencium bibir aldan hingga beberapa kali.

"Sama-sama sayang. Sayang kamu inget nggak sekarang hari apa?" tanya Aldan.

"Sekarang hari Selasa, memangnya kenapa mas?" tanya Dira dengan wajah polosnya itu.

Aldan hanya menghela nafas pelan, istrinya sama sekali tidak ingat sekarang hari apa.

"Bukan apa-apa sayang, ya udah yuk keluar."

....
Setelah sarapan, Dira dan juga Liana tengah bersantai di ruang keluarga bersama dengan orangtua Dira yang kebetulan sekali berkunjung ke rumah.

"Bu ana, Dira selama di sini nurut kan sama ibu? Dia nggak suka bikin ulah kan Bu?" tanya Santi pada besannya itu.

Liana terkekeh, ia mengelus rambut hitam Dira yang duduk di sebelahnya.

"Dira gadis manis dan baik, Dira sama sekali nggak pernah bikin ulah Bu Santi, malah penurut sekali" jawab Liana.

"Syukurlah, takutnya anak saya bersikap kurang ajar," ucap Santi.

"Bu santi, Dira adalah menantu saya yang  sudah saya anggap seperti anak kandung saya sendiri, jika Dira membuat kesalahan pasti saya tegur."

"Iya bu, marahi saja Dira jika melakukan sesuatu yang salah."

Dira menatap ibunya. "Ih... ibu!" rengek Dira.

Hamil Anak Tuan Ku ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang