bagian 22

105K 5.6K 238
                                    

Dira tidak bisa tidur nyenyak malam ini, ia sudah mencoba berbagai posisi agar bisa tidur tapi tetap saja serasa masih ada yang kurang.

Dira menoleh ke samping, melihat Fanny masih tidur begitu pulas.

"Kalian kenapa sih sayang, nggak biasanya susah banget di ajak tidur. Tadi kan mama udah kasih kalian makan terus minum susu juga udah. Sekarang tidur ya mama juga ngatuk." Dira berbicara kepada perutnya sendiri dengan suara lirih. Ia merasakan gerakan yang kuat dari janinnya.

"Kenapa Ra? Nggak bisa tidur ya?" tanya Fanny.

Dira segera menolehkan kepalanya menghadap Fanny yang sedang mengucek matanya.

"Aku ganggu kamu ya?" tanya Dira merasa bersalah.

"Nggak, aku bangun cuma ngerasa haus. Kamu beneran belum tidur dari tadi?"

Dira menggeleng pelan. "Aku rindu sama mas Aldan, biasanya dia yang selalu peluk aku sepanjang malam."

Fanny menghembuskan nafas pelan, ia bangun dari tidurnya dan duduk bersila di atas ranjang.

"Aku ngerti perasaan kamu, mungkin kamu belum terbiasa jauh dari om Aldan. Tapi Ra, kamu harus bisa belajar sedikit-demi sedikit hidup tanpa om Aldan, nanti lama-kelamaan juga kamu akan terbiasa."

"Apakah aku bisa hidup tanpa mas Aldan?"

"Bisa Dira jika kamu ada niat ingin menjauhi dia."

"Ya udah aku ke dapur dulu ya mau ambil minum."

Dira mengangguk, setelah kepergian Fanny Dira mencoba untuk tidur kembali.

Sama halnya dengan Dira yang tidak bisa tidur, Aldan pun sendari tadi hanya bengong di tempat tidur tidak kunjung menutup matanya. Masalahnya selama ini ia terbiasa tidur memeluk Dira yang tubuhnya begitu wangi dan empuk. Aldan tidak bisa tidur tanpa adanya Dira ia sudah terbiasa dengan kehadiran Dira. Mungkinkah ia sudah ketergantungan dengan Dira.

Aldan memposisikan tubuhnya miring ke kanan, tempat tidur sebelahnya itu terasa dingin sekali.

"Kenapa tiba-tiba sekali Dira ingin menjauhiku? Walaupun aku pernah mengatakan sesuatu yang menyakiti hatinya tetapi, ia tetap berada di sini tidak ada niatan untuk pergi. Tapi kenapa sekarang seperti ini atau mungkin karena Dira memiliki  teman yang sok-sokan ingin menjadi pahlawan dengan membayar semua hutangnya," gumam Aldan.

"Jika memikirkan masalah ini aku sangat pusing, yang jelas aku tidak akan melepaskanmu Dira sampai kapanpun."




.......
Pagi harinya Aldan sudah bersiap-siap akan menjemput Dira di rumah Fanny. Saat menuruni tangga ia melihat ibunya di dapur, Aldan tidak tahu sejak kapan Liana datang.

"Mah." panggil Aldan sembari mendekati Liana.

"Loh Al mau kemana?" tanya Liana.

"Ada urusan sebentar di luar," jawab Aldan.

"Mamah dari kapan di sini?"

"Baru aja, mamah sengaja datang pagi-pagi sekali karena kangen masakan Dira tapi, di mana Dira ya kok belum masak buat sarapan terus tadi mamah cariin di kamarnya juga nggak ada. Dia kemana Aldan?"

"Ini baru aku mau jemput mah, soalnya dia sudah semalam nginep di rumah temannya."

"Teman? Dira punya teman di sini?"

"Punya, teman dari kampung. Temannya itu adik sepupunya Arsen," jawab Aldan.

"Ya udah Al jemput Dira sana, mamah udah kangen banget sama dia."

Aldan mengangguk ia lalu melanjutkan jalannya kembali keluar rumah.



...........

Mobil yang di kendarai Aldan berhenti di depan sebuah rumah kontrakan berlantai dua. Aldan membuka kaca mobilnya dan melihat sekitar rumah yang tampak sepi, bahkan tidak ada kendaraan yang terparkir di sana.

Hamil Anak Tuan Ku ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang