bagian 20

118K 5.3K 79
                                    

Dua Minggu kemudian....

Hari ini adalah jadwal cek up kandungan Dira, usia kandungannya sudah 5 bulan lebih 2 minggu. Dira begitu tidak sabar menantikan buah hatinya terlahir di dunia. Pemeriksaan kali ini ia mengambil foto USG juga, Dira memang suka mengoleksi foto USG kedua anaknya jika cek up.

"Kamu ingat kan kata dokter, harus banyak gerak. Vitamin juga harus tetep di minum sama satu lagi jangan terlalu over makannya karena kata dokter takutnya nanti kamu mengalami kenaikan berat badan yang begitu drastis saat kehamilan usia 7 bulan dan membuat bayi kita harus terpaksa di keluarkan, kasian kan jika harus lahir sebelum waktunya."

Dira menoleh menatap suaminya yang tengah menyetir sekarang.

"Tapi mas yang suruh aku diem aja nggak boleh melakukan pekerjaan rumah. Kalau diam aja ya aku bosen jadi aku makan terus untuk mengurangi rasa bosan."

"Ck, itu kamu saja yang malas Dira. Aku memang melarangmu untuk melakukan pekerjaan rumah tapi aku sudah menyuruhmu untuk ikut senam hamil, kan? Terus kamu bilang bosan senam hamil enak tiduran terus. Siapa yang bilang kayagitu kemarin?"

Dira tersenyum malu, memang ia sendiri yang malas-malasan untuk gerak. Mau bagaimana lagi ia merasa ngantuk terus-menerus dan malas untuk melakukan apa-apa. Ia hanya olahraga pagi di halaman rumah dengan berjalan-jalan mengelilingi taman ditemani oleh Liana, lalu malamnya ia juga olahraga lagi dengan Aldan dan yang pasti olahraga istimewa. Sudah hanya itu saja kegiatannya setelah menjadi istri Aldan.

"Bolehin aku masak lagi ya mas." pinta Dira.

"Oke tapi harus hati-hati, awas saja kalau sampai ceroboh lagi."

Dira mengangguk. Ia jadi mengingat kejadian satu minggu yang lalu. Karena kecerobohannya menumpahkan minyak di lantai membuatnya hampir terpleset,  untung saja Aldan yang baru pulang dari kantor langsung mencegahnya saat akan terjatuh. Jadi dari situlah awal mula dirinya tidak di ijinkan untuk memasak.

........

Hari ini rumah tampak sepi, Liana yang sudah pulang dari Singapura  satu minggu yang lalu kali ini sedang pulang ke rumahnya sendiri. Sedangkan para pembantu mungkin sedang bekerja di belakang.

"Mas, nggak kembali ke kantor?" tanya Dira yang sudah duduk disofa.

Aldan malah merebahkan kepalanya di pangkuan Dira dan wajahnya menghadap perut buncit Dira.

"Aku tidak ada pekerjaan apapun hari ini, semuanya sudah di handle oleh Marco."

Aldan mendekatkan telinganya pada perut Dira, ia bisa merasakan tendangan halus dari anak-anaknya. Anak-anaknya selalu merespon jika dirinya elus-elus seperti ini ataupun saat ia cium.

"Kalian sedang apa di dalam sayang?" tanya Aldan sembari mencium perut Dira berkali-kali.

Dira tersenyum lebar karena bahagia melihat sikap Aldan yang begitu menyayangi anak-anaknya padahal anak yang sedang di kandung kan bukan anak Aldan.

"Mas Aldan kenapa sangat menyayangi anak-anakku? Mereka kan bukan anak kandung mas," ucap Dira sambil jari jemarinya menyisir rambut hitam Aldan.

"Mereka anakku Dira."

"Tapi kan mereka bukan mas yang bikin," kata Dira dengan wajah polosnya.

Aku yang menyumbang spermanya Dira, batin Aldan.

"Mereka sudah ku anggap anak kandungku, apa kamu keberatan?" tanya Aldan.

"Nggak mas, aku malah senang."

"Karena aku sudah bikin kamu senang layani aku sekarang."

"Di sofa ini mas?"

Aldan mengangguk, ia lalu bangkit dari rebahannya dan merebahkan tubuh Dira di sofa yang panjang dan lebar ini.

Hamil Anak Tuan Ku ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang