bagian 24

100K 5.4K 592
                                    










Dua minggu kemudian...




       Dira hanya bisa menangis dalam diam melihat pemandangan yang membuat hatinya semakin sakit, di depan sana lebih tepatnya di meja makan Dira melihat suaminya Aldan sedang duduk berdua dengan wanita yang bernama Dona, mereka terlihat sangat akrab bahkan ia melihat Aldan tertawa bahagia bersama Dona dan di sana juga ada Liana yang turut bergabung. Pemandangan seperti ini sudah beberapa hari ini ia lihat, Dona sering sekali datang berkunjung ke rumah ini dengan membawa makanan untuk Aldan dan makan bersama di sana.

Dira tersenyum tipis walaupun Aldan terlihat tidak perduli saat di waktu siang tapi saat malam hari Aldan selalu meminta di layani olehnya sebagaimana suami istri. Dan hanya di waktu itu saja Dira merasakan kehangatan sikap Aldan.

Ini bukan waktunya untukmu pergi Dira, kamu masih kuat, batin Dira menyemangati dirinya sendiri.

........

Dira duduk di ranjang melihat gerak-gerik Aldan yang baru saja selesai mandi.

"Mas Aldan," panggil Dira dengan suara yang begitu lembut.

Aldan yang sudah selesai berpakaian berjalan ke arah Dira dan bersimpuh di depannya.

"Ada apa?" tanya Aldan menatap wajah polos Dira.

"Mas Aldan belum ada rasa ya sama aku?" tanya Dira dengan suara mencicit pelan.

"Belum," jawab Aldan dengan cepat. Aldan melihat reaksi Dira yang begitu tenang bahkan tersenyum ikhlas kepadanya, yang berhasil membuat jantungnya menjadi berdetak tidak karuan.

"Apalagi setelah kehadiran mbak Dona ya mas. Mas Aldan pasti bisa jatuh cinta sama mbak Dona dengan cepat karena dia cantik dan juga berpendidikan, kan mas?" tanya Dira dengan senyum yang terus menghiasi bibirnya.

"Kalau mas udah cinta sama mbak Dona, mas harus bilang sama aku."

"Kenapa aku harus bilang padamu?" tanya Aldan sambil mengelus paha Dira.

Dira menatap dalam-dalam mata Aldan. Berharap Aldan tahu perasaanya saat ini dari tatapan matanya.

"Karena di saat itu waktu ku untuk pergi dari kehidupan mas."

Deg...

Aldan menatap Dira tidak percaya.

"Kalau sudah ada mbak Dona di hati mas, aku yakin mas sudah tidak butuh aku lagi. Dia yang akan melayani mas dan memberikan keturunan untuk mas. Tugasku sudah selesai karena mas pernah bilang suatu saat mas akan menceraikaku bukan jika mas sudah bosan denganku?"

"Hentikan perkataanmu Dira!" tegas Aldan sambil berdiri.

"Kamu terlalu banyak bicara hari ini. Yang kamu harus tau aku mendekati Dona itu karena aku tidak ingin hidup miskin," ucap Aldan lalu keluar dari kamar.

"Hiks...," Dira menutupi wajahnya dengan tangan.

"Bu Dira kangen pengin peluk ibu." tangis Dira luruh juga padahal ia sudah menahannya dari tadi.

..........

"Aldan ayolah temani aku ke mall, aku bosan menunggumu di kantor dari tadi," rengek Dona sambil bergelanjut manja di lengan Aldan yang sedang fokus menatap layar laptop di depannya.

"Pergilah sendiri, saya sedang sibuk!" ucap Aldan dengan suara dingin.

"Aldan kamu kenapa sih? kalau di luar rumah selalu dingin sama aku tapi saat di dalam rumah dan di depan keluargamu, kamu terlihat begitu baik padaku," ucap Dona dengan kesal.

Hamil Anak Tuan Ku ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang