bagian 33

98.8K 4.6K 184
                                    

Hallo, good people:))

Happy reading ⬇️



....

Aldan dan Dira sudah berada di dalam kamar mereka yang sudah di rapikan oleh Dira sebelumnya, sendari tadi Dira juga masih menangis dan sedang berusaha di tenangkan oleh Aldan. Posisi mereka berada di atas ranjang dan tengah tiduran.

"Sayang, udah dong jangan nangis terus," ucap Aldan sembari mengecupi seluruh wajah Dira.

Aldan sebenarnya merasa gemas melihat Dira yang betingkah manja saat ini, apalagi pipinya chubby nya yang memerah membuatnya benar-benar ingin memakannya hidup-hidup.

Tubuh Dira memang tidak selangsing dahulu, sekarang sudah bengkak sana sini tapi itu yang membuat Aldan suka, karena enak juga di peluk seperti ini jika tubuhnya berisi.

Aldan tersenyum kecil saat Dira sudah menghentikan tangisnya tapi masih sesegukan.

Aldan lalu membuka gaun tidur Dira hingga sebatas dada, pria itu selanjutnya menempelkan bibir, kemudian pipinya di perut telanjang Dira.

"Nak, bilang sama mama suruh berhenti menangis. Mama kalian kaya anak kecil ya nak?"

Dira terkekeh dan mencubit pelan lengan suaminya. Aldan hanya menyengir pada Dira kemudian menatap perut Dira kembali.

Aldan menatap takjub sekaligus ngeri melihat perut Dira, ia benar-benar kagum dengan kekuatan istrinya yang bisa sekuat ini membawa beban di perutnya, ini pasti rasanya sangat berat.

Aldan jadi mengingat perilaku bodohnya dulu, ia pernah hampir berniat membunuh Dira. Jika itu sudah di lakukan pasti ia akan sangat menyesal sekarang. Melihat perjuangan istrinya mengandung anaknya membuat Aldan bersumpah tidak akan pernah menyakiti hati istrinya kembali.

"Dira, maafkan aku. Aku dulu dengan tidak tahu malunya berniat ingin membunuhmu," ucap Aldan dengan wajah penuh penyesalan.

Dira menatap Aldan. "Ya sudah, sekarang aku udah di depanmu mas."

Aldan menggeleng cepat, ia bahkan langsung mencium bibir Dira.

"Kalau aku bunuh kamu, aku akan bunuh diri. Kita mati sama-sama," jawab Aldan.

"Nyeremin banget sih mas," ucap Dira sambil tersenyum kemudian mengelus dada bidang Aldan yang semakin kokoh.

"Aku beneran sayang, kalau kamu meninggal mas juga di pastikan akan meninggal karena di bunuh oleh ayahmu."

Dira tertawa mendengar itu. "Ayah bar-bar ya mas, kamu pasti selama ini tersiksa tinggal di sana ya?" tanya Dira sembari mengelus wajah suaminya yang sudah di penuhi jambang, suaminya biasanya rajin mencukur jambangnya tiga minggu sekali tapi mungkin selama dua bulan ini Aldan tidak sempat menyukur jambangnya.

"Nggak, aku malah jadi belajar banyak di sana, yang pasti mas jadi tau rasanya hidup serba pas-pasan karena dari dulu mas hidup di lingkungan yang sudah kayaraya."

"Untuk anak-anak kita, mas tidak akan pernah membiarkan mereka hidup pas-pasan. Mereka harus tercukupi kebutuhannya bahkan sampai mereka nanti berumah tangga sendiri."

Dira tersenyum simpul, manis sekali suaminya memanggil dirinya sendiri dengan panggilan 'mas'

"Tapi nanti mereka jadi sombong kaya mas gimana?" tanya Dira.

"Kan kita bisa mengajarkan mereka untuk tidak sombong dan selalu menghargai orang kecil."

Dira tersenyum, ia lalu mengecup bibir Aldan sekilas membuat Aldan tersenyum mesum. Sedangkan Dira pipinya sudah bersemu merah.

Hamil Anak Tuan Ku ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang