bagian 32

99.9K 5.3K 277
                                    

Hai, aku mau tau kalian asalnya dari mana aja sih?😊





Dira menoleh ke belakang karena ia merasa familiar dengan suara itu, mata Dira seketika melebar dan menahan nafas saat melihat orang itu.

"M—as Aldan." panggil Dira dengan gagap.

Pria itu menoleh ke arah Dira, dan sama halnya dengan Dira pria itu juga terdiam dahulu saking kagetnya.

"Dira." panggil Aldan dengan suara beratnya.

Dira langsung bangkit dari duduknya dan memeluk Aldan dengan erat. Ia tidak mau Aldan meninggalkannya lagi seperti di dalam mimpinya tadi.

"Aku sangat merindukanmu," ucap Aldan sembari mencium tengkuk Dira dan tangannya mengusap punggung Dira.
Aldan juga sedang menahan air matanya agar tidak jatuh karena ia malu pada penjual kelapa itu. Mungkin jika sudah di rumah dan dengan Dira saja berdua, ia sudah menangis sekarang.

"Hiks aku juga mas."

Aldan tersenyum haru, sungguh ia merasa bahagia karena masih di berikan kesempatan untuk melihat istrinya. Aldan membiarkan Dira menangis sepuasnya terlebih dahulu dipelukannya. Rasa lelah karena berjalan kaki lumayan jauh langsung sirna saat bertemu dengan Dira.

"Kamu sedang apa disini sendirian sayang?" tanya Aldan.

"Hiks... aku cari mas Aldan, katanya mas Aldan kecelakaan," jawab Dira dengan sesegukan.

"Aku memang kecelakaan, tapi aku tidak apa-apa." jelas Aldan.

Memang tidak apa-apa, Aldan hanya luka sedikit di bagian wajah karena sempat terbentur aspal tadi.

Dira melepaskan pelukannya dan ia melihat wajah Aldan yang terluka.

"Mas bohong, itu wajah mas luka-luka."

Aldan tersenyum lebar. "Ini hanya luka kecil sayang."

"Kenapa kamu nggak naik mobil aja? di rumah kan banyak mobil. Kenapa harus jalan kaki seperti ini,  kamu lagi hamil besar gini nanti terjadi apa-apa di jalan gimana?"

"Nggak bisa nyetir," jawab Dira dengan lugunya dan wajah yang memerah karena habis menangis hebat.

Aldan bersimpuh di depan Dira dan ia mengecup perut Dira dengan lembut, Aldan juga menempelkan pipinya di sana sedikit lama.

"Mereka nendangnya kuat banget ya, kalian rindu papa ya nak?" tanya Aldan.

Dira menyisir rambut suaminya dengan jari jemarinya.

"Mereka memang merindukan papanya, tapi karena mamanya egois mereka jadi harus menahan rasa rindu itu," ucap Dira.

"Kamu bicara apa? Kamu nggak egois,  ini memang sudah nasibku yang harus aku jalani karena kesalahanku sendiri," ucap Aldan, ia tidak mau Dira menyalahkan dirinya sendiri karena Dira tidak salah apa-apa.

"Mas Aldan, duduk yuk." ajak Dira.

"Kamu pegal ya lama-lama berdiri?" tanya Aldan sembari berdiri kembali.

Dira mengangguk pelan.

"Berdiri sedikit lama saja kamu udah pegal, gimana bisa kamu jalan dari rumah ke sini."

"Mas tau nggak, aku jalan dari rumah ke sini udah istirahat yang ke 5 kali," ucap Dira.

"Kasian banget sih." Aldan yang akan mencium bibir Dira langsung di cegah oleh Dira dengan meletakkan telapak tangannya di bibir Aldan.

"Mas ini di tempat umum," bisik Dira, sambil melirik penjual kelapa muda yang tengah duduk melihat mereka.

"Ayo duduk mas, dan ceritain apa yang terjadi sama mas," ajak Dira.

Hamil Anak Tuan Ku ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang