bagian 25

94.9K 5.5K 421
                                    


Malam ini Dira tidak tidur sendirian dan tidak berdua juga dengan Aldan. Kini ia tidur bertiga dengan seorang anak kecil yang merupakan keponakan Aldan. Sebenarnya Aldan sudah memarahi Dira karena mengijinkan si Airin untuk tidur di sini bersama mereka karena Aldan merasa jika Airin bisa saja membahayakan Dira, tapi Dira tetap saja kekeh dengan kemauan nya itu.

Dug...

"Akh...." Dira memekik kaget dan langsung membuka matanya.

Tangan Dira langsung mengelus perutnya yang terasa nyeri.

Aldan yang tidur di samping Airin langsung bangun dan menatap Dira panik.

"Astagah apa Airin menendang perutmu?" tanya Aldan panik.

Aldan menatap bocah perempuan yang tidur di tengah-tengah mereka, bocah perempuan itu masih begitu nyenyak tidurnya bahkan saat ini kakinya masih berada di atas perut Dira.

Aldan segera menyingkirkan kaki Airin dan memposisikan tubuhnya agar lebih baik.

"Apakah perutmu sakit sekali?" tanya Aldan sambil mengelus perut Dira, Aldan merasa khawatir karena Dira terus meringis seperti menahan sakit.

"Mas perut aku nyeri banget," ucap Dira dengan wajah memerah.

"Astagah," Aldan langsung membuka baju daster Dira bagian bawah dan ia seperti tengah mengecek sesuatu.

"Syukurlah tidak ada darah," ucap Aldan.

"Kamu tahan ya aku akan telepon dokter dulu."

Aldan turun dari ranjang dan mengambil ponselnya di atas meja nakas. Saat ini baru pukul 10 malam ia yakin dokter pasti masih bisa di hubungi.

"Halo dok, maaf mengganggu waktumu saya mohon dokter cepat ke rumah karena ada yang sedang kesakitan, cepat ya dok!"

"Baik  Aldan, lima belas menit lagi saya sampai."

Aldan langsung mematikan sambungan teleponnya saat sudah mendengar jawaban dari dokter.

Aldan lalu menghampiri Dira yang masih memegang perutnya.

"Sudah ku bilang kan jangan ijinkan Airin tidur di sini karena aku tau balita sekecil ini tidurnya masih belum bisa anteng! Terus lihat sekarang apa yang terjadi dia menendang perutmu kan?! kalau terjadi apa-apa sama anak aku gimana?!" marah Aldan yang terlihat sangat frustasi.

"Anak?"

Aldan sontak menoleh ke arah pintu kamar, mata Aldan membulat sempurna saat melihat Liana dan kembarannya Alisia berada di depan pintu.

"Mamah."

Liana dan Alisia berjalan mendekati mereka.

"Maksud kamu apa Aldan, anak? Kamu bilang anak Dira anak kamu?"

Aldan mengusap tengkuknya terlihat gugup.

"Iya mah, aku sudah menganggap anak Dira sebagai anakku, tapi mereka bukan anak kandungku. Aku hanya ingin mengangkatnya saja sebagai anakku," jawab Aldan.

Liana tampak mengangguk acuh, ia memilih menghampiri Dira dan mengelus perutnya.

"Apa yang terjadi dengan Dira kenapa Dira meringis kesakitan?" tanya Liana dengan wajah khawatir.

"Airin sudah menendang perutnya mah," jawab Aldan.

"Astagah! Ya Tuhan. Aldan telepon dokter cepat!"

"Sudah mah, aku sudah meneleponnya."

"Permisi." Dokter sudah sampai di rumah Aldan karena memang rumah dokternya tak jauh dari rumah Aldan hanya berjarak 1 km.

"Ah ya silakan masuk dok."

Hamil Anak Tuan Ku ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang