bagian 17

111K 5.4K 129
                                    

Selamat membaca ❤️

       Dira menatap jari manisnya yang saat ini sudah terpasang cincin berlian yang begitu mahal. Yah, tepatnya hari ini ia sudah sah menjadi istri dari Aldan. Entahlah, perasaan Dira saat ini campur aduk antara merasa senang tapi juga ada rasa sedihnya.

Dira saat ini tengah duduk di sebuah sofa yang terletak di gedung pernikahannya setelah melakukan sesi foto-foto dengan Aldan. Walapun menikah tanpa adanya cinta tapi harus tetap ada foto kenangan pernikahan karena itu adalah hal yang sangat penting, Dira sendiri yang meminta untuk mengabadikan momen pernikahannya.

Pernikahan Dira diadakan dengan sangat tertutup. Tamu undangan tidak ada satu pun hanya sekertaris Aldan dan teman Aldan lalu ayahnya yang menjadi saksi pernikahan mereka.

Dira juga cukup terkejut kenapa ayahnya bisa datang padahal kan beliau masih sakit, tapi Damar kata dia sudah sembuh dari kemarin makanya bisa hadir. Tapi ibunya lah yang tidak bisa hadir karena sekarang gantian ibunya yang sedang sakit di desa.

"Dira."

Dira menoleh ke belakang. "Ayah."
Dira lalu beranjak dari duduknya dan memeluk ayahnya untuk kedua kalinya hari ini.

"Hiks... ayah,"tangis Dira dengan lirih sambil membenamkan wajahnya di pundak ayahnya.

Ayah Dira tampak menghapus air matanya sendiri kemudian melepaskan pelukannya.
"Nak, maafin ayah dan ibu ya, karena kami kamu yang harus berkorban menikah dengan orang yang tidak kamu cintai. Tapi nak, walaupun belum ada cinta di antara kalian ayah berpesan sama kamu jadilah istri yang baik untuk suamimu dan harus bisa menjaga kehormatan suami kamu. Ayah nggak suka kalau putri ayah yang cantik ini menjadi istri yang durhaka."

Dira menganggukkan kepalanya berkali-kali mendengar nasehat Damar.

"Ayah sudah nggak marah sama Dira?"

Ayah Dira tersenyum lalu menggeleng. "Ayah sudah nggak marah lagi sama kamu, maafin kesalahan ayah dulu ya?"

Dira mengangguk kembali.

"Ya sudah kamu pulanglah nak dengan suamimu, ayah juga mau pulang."

"Kenapa cepat sekali yah, kenapa tidak menginap dulu?"

Ayah Dira memenggang pundak anaknya. "Jika ayah nggak pulang nanti ibu di rumah sendirian."

"Pak."

Suara Aldan membuat ayah Dira menoleh ke belakang. "Iya, kenapa?"tanya ayah Dira dengan nada dingin.

"Jika bapak ingin pulang saya sudah menyiapkan supir untuk mengantar bapak pulang, saya juga sudah menyiapkan sedikit bingkisan di mobil untuk bapak,"jawab Aldan, ia harus bersikap sopan karena mau bagaimana pun pria di depannya ini sekarang sudah menjadi mertuanya.

"Baiklah. Ya sudah nak ayah pulang ya kamu hati-hati di sini."

Ayah Dira mencium kening putirnya sebentar lalu berjalan melewati Aldan.

"Saya mengijinkan kamu menikah dengan anak saya, tapi awas saja jika kamu mempermainkannya. Saya pasti akan doakan kamu menyesal suatu hari nanti," bisik ayah Dira di samping Aldan. Setelah mengatakan itu semua ayah Dira lalu keluar dari gedung pernikahan ini meninggalkan Aldan yang terdiam.

Setelah kepergian ayahnya, Dira melirik Aldan yang sedang menatapnya.

"Sekarang kita kembali ke hotel untuk berganti pakaian."

Dira mengangguk pelan, Aldan kemudian berjalan mendekati Dira.

"Kamu sudah tau kan, kamu harus sembunyikan pernikahan ini dari mamah, kamu paham kan?"

Hamil Anak Tuan Ku ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang