Jangan lupa vote dulu sebelum membaca
💛Happy reading💛
.
.
.Aku capek harus selalu di salahkan seperti ini, boleh nggak si aku mati saja?~ Marsha aruni.
Cuaca hari ini begitu cerah seakan kebahagiaan akan selalu datang kepada sang pemilik senyuman. Tapi itu tidak akan terjadi selama hidupnya, ia akan terus begini dan begini sampai waktunya akan datang. Marsha menghela napas gusar kala terus melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 7 pagi. Waktunya tinggal sebentar lagi. Ojek online yang ditunggu-tunggu Marsha tidak juga datang. Padahal ia sudah memesannya 15 menit yang lalu.
"Dengan Marsha?" tanya seseorang dengan jaket berwarna hijau dengan tulisan ojek online di bagian samping dadanya.
Marsha mengangguk dan memakaikan helm yang di berikan sang tukang ojek online. Marsha terus berdoa agar bel sekolahnya tidak cepat berdering. Saat sudah sampai Marsha menghela napas lega akhirnya doanya terkabul juga, ia bisa masuk dengan tenang, ketika memasuki gerbang. Tapi, saat sudah sampai di koridor bawah tiba-tiba bel masuk berbunyi. Marsha bergegas berlari menuju kelasnya, jangan sampai guru mata pelajarannya lebih dulu masuk dari pada dirinya. Bisa-bisa ia kena hukuman.
"Baru juga masuk, udah telat mulu," celetuk Fadil yang melihat Marsha yang sedang melepaskan tasnya dan menaruhnya di belakang punggungnya.
Marsha hanya bergeming tidak membalas ucapan Fadil. Ucapan Fadil memang benar ia telat. Padahal ia baru masuk sekolah ini beberapa minggu yang lalu.
Manda yang melihat tatapan sayu Marsha merasa kasihan. "Eh Dil, kalau ngomong di jaga dong," kesal Manda yang langsung memberi pelototan kepada Fadil.
Fadil yang tadi melihat ke arah tempat duduk Marsha dan Manda pun memutar bola matanya malas.
Dion yang sejak tadi hanya fokus dengan buku bacaanya, perlahan melihat Marsha dari samping. Dia begitu sangat manis dengan jepitan di kepalanya. Tapi, tidak dengan matanya yang seolah menahan rasa sakit didalam hatinya.
Guru mata pelajaran pertama pun datang dengan cepat padahal baru beberapa menit yang lalu bel masuk. Biasanya penanggung jawab mata pelajaran akan memanggil gurunya terlebih dahulu. Tapi tidak hari ini, seolah guru itu menyelamatkan Marsha dari omongan orang-orang yang mulai membicarakannya tadi. Marsha tidak sakit hati ketika membicarakannya yang tidak-tidak, toh dirinya juga yang salah karena sedikit terlambat. Tapi, keterlambatannya tidak di sengaja melainkan ada urusan penting yang harus di selesaikannya tadi.
🌼🌼🌼
Koko terus mendribble bolanya dengan sangat lincah. Reyhan dan Dion hanya bisa melihat di tempat duduk yang di sediakan di lapangan. Reyhan yang sejak tadi duduk saja pun mulai bosan dengan Koko, yang terus saja mendribble bolanya, ia pun langsung merebutnya.
"Dari tadi main sendiri aja lo, nggak main sama tim lo?" tanya Reyhan yang sudah mendribble bola basket Koko menuju ke ring basket dan sekali tembakan ia berhasil mencetak ring.
Koko menggeleng, "gue mau main sendiri sekarang," ucap Koko langsung merebut bolanya kembali.
Koko terus saja menshoot bolanya ke ring basket dengan tepat sasaran. Reyhan yang melihat Koko yang terus saja bermain sendiri hanya bisa mendengus kesal. Ia kembali lagi ke tempat duduknya dan melihat kearah Dion yang masih fokus dengan buku bacaanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marsha
Teen Fiction"BANGUN ... ANAK NYUSAHIN." "Mah... jangan... mah, Marsha minta... maaf," lirih Marsha tersedu-sedu, kala sebuah pukulan cambuk sudah melukai tubuhnya lagi dengan begitu kerasnya. "Saya tidak akan biarkan kamu ampun!" °°°°°°°° "Lo apaan si Man ngomo...