Happy reading
Semua orang hanya bisa melihat seseorang hanya dari covernya saja, tapi tidak bisa pernah melihat apa yang selama ini selalu ia rasakan. Karena mereka semua hanya ingin tahu bukan untuk peduli~
Marsha aruni.Saat sudah sampai di rumah, bi Jumi yang melihat Marsha yang sudah pulang langsung memeluk Marsha dengan begitu erat, Marsha yang masih mengingat kata-kata teman-temannya yang selalu terngiang-ngiang di kepalanya tidak menyadari bahwa bi Jumi sedang memeluknya. Bi Jumi yang merasakan Marsha tidak membalas pelukannya mengerutkan dahinya bingung.
"Ada apa non, kok murung gitu mukanya?" tanya bi Jumi memegang wajah Marsha yang terlihat sangat pucat sekali sehabis pulang dari olimpiade.
Marsha menggeleng.
"Marsha, ke kamar dulu bu," pamit Marsha dengan datar, tidak ada senyuman di wajahnya. Bi Jumi yang melihatnya merasa ada yang ganjal dari perubahan sikap Marsha hari ini, biasanya dia akan selalu tersenyum ketika ada masalah sekalipun.
Marsha berjalan dengan sangat lesu, di tambah lagi ia terus memikirkan kejadian-kejadian barusan. Marsha langsung terduduk di kursi meja belajarnya mengambil buku diarynya yang berada laci.
Dear... diary...
Kenapa aku nggak bisa bahagia...
Kenapa di saat aku bahagia, semuanya akan hilang dalam semalam. Sama seperti hari ini, orang-orang mulai membenciku. Aku tahu aku salah, tapi kenapa harus di salahkan seperti ini. Sekali saja aku ingin merasakan kebahagiaan yang cukup lama tuhan...30 April 2021
Marsha segera menutup buku diarynya rapat-rapat, memejamkan matanya merasakan setiap detik penderitaan yang selalu dia hadapi. Marsha selalu berpikir kapan kebahagiaan yang sebenarnya akan datang dalam hidupnya.
Meneteskan air mata yang selalu ia tutupi setiap harinya dengan senyuman. Tapi, Marsha tidak bisa harus berpura-pura kuat selama ini. Sudah cukup ia merasakan selama 10 tahun ini.
Mentari mulai datang membangunkan seseorang yang sejak tadi masih tidur di atas meja dengan posisi tangan menelengkupkan wajahnya. Marsha lupa sedari tadi ia tidur di meja, bukan di kasurnya. Marsha melirik ponselnya dan menunjukkan pukul 05.00.
Marsha mulai menuju ke kamar mandi, mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat shubuh. Menggelar sajadah biru dan memakai mukena berwarna putih dengan motif bunga-bunga di setiap lipatannya.
Sesudah menunaikan sholat shubuh Marsha mengecek instagramnya dan betapa terkejutnya ia ketika banyaknya sekali orang-orang yang mengetagnya di sebuah postingan. Saat melihatnya ternyata postingan itu adalah postingan pemenang olimpiade fisika, Kimia dan matematika yang berhasil menyambat juara 1 kecuali kimia saja yang mendapatkan juara 2. Hati Marsha merasa sakit kala membaca orang-orang menghujatnya di kolom komentar dengan kata-kata yang kasar.
Marsha segera menutup instagramnya, ia tidak mau melihat itu semua. Untuk menunggu waktu, akhirnya Marsha belajar untuk hari ini saja. Setelah beberapa menit belajar jam sudah menunjukkan pukul 06.00, waktunya untuk mandi pagi. Setelah mandi Marsha melihat di pantulan cermin wajahnya sekarang sangat kusut, kantung mata yang menghitam, mata yang sembab, dan kepala yang terasa pusing akibat masalah kemarin.
Saat menuruni anak tangga, Marsha bisa melihat ada mamahnya yang sudah berada di meja makan bersama bi Jumi. Hati Marsha menghangat kala mamahnya sosok yang ia rindukan selama ini akhirnya ada di rumah.
"Sha, ayok makan dulu," ajak Devi yang sedang menata makanan-makanan di meja bersama bi Jumi.
Marsha mengangguk dengan senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marsha
Teen Fiction"BANGUN ... ANAK NYUSAHIN." "Mah... jangan... mah, Marsha minta... maaf," lirih Marsha tersedu-sedu, kala sebuah pukulan cambuk sudah melukai tubuhnya lagi dengan begitu kerasnya. "Saya tidak akan biarkan kamu ampun!" °°°°°°°° "Lo apaan si Man ngomo...