E N A M P U L U H D U A

373 11 1
                                    

bantu follow yuk ig dan wp @nitaylntii Thank u yang udh follow🥰

"kadang kita tidak perlu untuk mengucapkan segala sesuatu ke semua orang, cukup di pendam dan di rasakan adalah cara terbaik untuk menyembunyikan."

Di sore menjelang malam ini, Marsha duduk sendirian di bangku kosong yang sudah sepi sekian menitnya. Angin semakin menghembus kencang ke dalam tubuhnya dengan cepat. Menekan dadanya sesak seraya mengusap-usap jari jemari putihnya yang semakin detik semakin menggigil karena angin yang semakin kencang.

"Lo butuh jaket," ucap seseorang menampirkan jaket biru dongker kepada punggungnya. Marsha menoleh melihat wajah laki-laki yang selalu membuatnya merasa sebal.

"Kenapa?"

"Karena lo butuh suhu panas untuk menormalkan kembali tubuh dingin lo. Kenapa malam-malam begini lo masih disini si! Bahaya anak cewek duduk sendirian di pinggir danau." Ada nada tidak suka dari ucapannya. Marsha tersenyum tipis.

"Gue pengen sendiri."

Dion tertawa dengan cukup keras. Melihat ekspresi tertawanya membuat kerutan di dahinya semakin jelas.

"Kalau mau sendiri, noh tinggal di planet pluto aja supaya sendirian." Dion masih tergelak cukup lama, kali ini air matanya ikut keluar seiring dengan gelakan tawa yang semakin kesini semakin mengeras dengan kencang.

"Nggak lucu!" Marsha membentak dengan nada tinggi, membuka kembali jaket biru dongkernya seraya menaruhnya kembali di kursi yang ia tempati tadi. Dion berhenti tertawa saat dimana Marsha ingin berusaha pergi dari hadapannya, menarik lengannya kencang dan membalikkan badannya ke arah dirinya.

"Mau kemana?"

"Pulang!"

Dion menghembuskan nafasnya pelan. Menggenggam tangan Marsha dengan cukup erat lalu membawanya ke dalam saku-saku bajunya yang terlihat sangat hangat. Marsha terkejut dengan apa yang Dion lakukan kepada tangannya, ia ingin segera menolak tapi itu semua sudah Dion tahan dengan tangan kekarnya.

"Sebentar aja Sha," Dion terus memaksa Marsha untuk masuk lebih dalam ke saku bajunya yang tebal. Dion tahu bahwa Marsha kedinginan saat ini, dari wajahnya dan cara menggigilnya sangat kentara di wajahnya saat ini.

"Gue mau pulang!"

"Nanti gue anterin!"

"Gue di jemput," papar Marsha yang tidak ingin membuang-buang waktu lagi cukup lama disini.

"Kenapa? Kenapa lo nggak mau selalu ada di deket gue!" Kali ini Dion bertanya dengan nada yang sedikit marah, ia kesal saat Marsha selalu menghindar darinya.

"Kenapa?! Bukannya lo yang selalu ngehindar dari gue. Jadi apa yang salah dari gue saat ini?" Marsha berbalik bertanya dengan senyum mirisnya, lalu memutar bola matanya jengah.

Hati Dion mencelos dengan apa yang Marsha katakan untuknya. Ia tidak berhak marah karena memang benar dialah yang pertama kalinya menjauh perlahan-lahan dari gadis di hadapannya ini.

Marsha tersenyum geli, melihat keterdiaman Dion tentang perkataannya membuat hatinya merasa sesak, melepas kedua tangannya dari saku bulu tebal miliknya. Lalu berjalan pergi dari area danau itu ketika melihat mobil jemputannya sudah datang dari arah depan. Dion tidak memberhentikannya atau pun menghalanginya lagi untuk pergi. Karena sekarang Dion hanya bisa melihat bayangan Marsha yang semakin kesini semakin mengecil dari pandangannya.

"Gue emang salah Sha."

                            🌼🌼🌼

"Kak bangun kak," ucapnya membangunkan Salsa yang masih tidur dalam selimut tebalnya. Salsa hanya menguap, menyingkirkan lengan Marsha yang terus menganggu tidurnya.

MarshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang