Happy reading
.
.
.Kadang kebahagiaan tidak usah mewah, cuman sekedar bersamamu dan keluarga sudah membuatku merasa bahagia.
Keadaanya sekarang sudah mulai membaik, ya walaupun harus di tahan setiap saat untuk menutupi sakitnya ini. Tapi, masih ada satu hal yang terus mengganjal di hatinya, yaitu Manda.
"Man," panggil Marsha yang melihat Manda baru saja keluar dari perpustakaan.
Tidak ada sahatun sama sekali, melainkan Manda terus berjalan meninggalkan Marsha di koridor.
"Gue minta maaf Man," lirih Marsha yang tidak di hiraukan oleh Manda.
"Pak anterin saya pulang," ucap Manda menepuk-nepuk bahu tukang ojek yang berada di depan gerbang. Ia tidak mau melihat wajah Marsha yang akan membuatnya tidak bisa kepadanya. Sulit untuk Manda bisa marah kepada Marsha, tapi Manda juga tidak ingin Marsha selalu dekat dengan Koko. Koko adalah cintanya tidak ada seorang pun yang bisa merebut Koko darinya.
"Man," teriak Marsha yang melihat Manda sudah pergi dari sini.
"Sha, ngapain disini?" tanya Dion yang tidak tidak sengaja melihat Marsha meneriaki nama Manda.
"Nggak ada apa-apa," gugup Marsha.
"Urusan sama Manda. Manda marah ya sama lo," tebak Dion yang langsung membuat Marsha menolehkan wajahnya. Dion yang mengerti dengan semuanya langsung menjelaskan apa yang di dengarnya tadi.
"Gue nggak sengaja tadi dengar suara lo manggil-manggil nama Manda."
"Gue memang lagi marahan, tapi gue nggak mau itu terjadi Yon. Gue nggak mau!" ucap Marsha yang tidak tahu harus bagaimana membujuk Manda agar percaya kepadanya lagi.
"Nanti gue akan bantu lo, untuk ngomongin masalah ini sama Manda."
Sontak wajah Marsha yang seketika sedih langsung berubah menjadi ceria lagi karena omongan Dion barusan.
"Makasih ya Yon, selalu bantu gue," ucap Marsha yang refleks langsung memeluk Dion, membuat jantung Dion berdebar tidak karuan.
"Kenapa jantung gue aneh gini si," batin Dion yang terus merasakan jantungnya tidak stabil lagi ketika di peluk oleh Marsha.
Marsha yang tidak sadar bahwa dia memeluk Dion dengan sangat lama membuat Dion yang terus merasakan debaran ini merasa sangat gugup. Ia pun membalas pelukan Marsha, dan di sanalah ia bisa merasakan kenyaman yang sebenarnya. Kenyamanan yang selalu dia tidak miliki selama hidupnya.
"Maaf," lepas Marsha yang sudah sadar bahwa dia memeluk Dion dengan sangat lama.
Dion hanya terdiam mematung, menormalkan debaran jantungnya yang terus berdetak tidak karuan sejak tadi.
"Gue ... pergi dulu," gugup Marsha yang tidak ingin menatap Dion. Marsha pun segera pergi dan merasakan seperti ada kupu-kupu bertebaran di dalam perutnya.
Dion yang melihat Marsha pergi dengan salah tingkah, membuat seutas senyum terbit di bibir Dion. Senyum yang tidak pernah ia lihatkan kepada siapapun.
🌼🌼🌼
"Pak, turun disini."
Sang tukang ojek pun langsung memberhentikan motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marsha
Fiksi Remaja"BANGUN ... ANAK NYUSAHIN." "Mah... jangan... mah, Marsha minta... maaf," lirih Marsha tersedu-sedu, kala sebuah pukulan cambuk sudah melukai tubuhnya lagi dengan begitu kerasnya. "Saya tidak akan biarkan kamu ampun!" °°°°°°°° "Lo apaan si Man ngomo...