Happy reading
Kesenangan hanya sebentar saja untuk di nikmati, sedangkan kesedihan terus mendalam di hati~ Marsha.
Perlahan-lahan Marsha mulai membuka matanya, seraya memijat pelipisnya yang masih terasa sakit. Matanya tak tinggal diam ia terus melihat sekeliling ruangan yang serba berwarna putih dengan bau obat-obatan yang sangat menyeruak di indra penciumannya. Tak usah dilihat pun Marsha sudah tahu ia ada dimana.
Marsha berusaha untuk bisa duduk dari tidurnya. Ia lupa kejadiannya sampai ia bisa pingsan begini, dan pertanyaan yang ada dibenaknya sekarang adalah siapa orang yang mengatarnya kesini. Terakhir ia lihat ia sedang bersama dengan Dion dan Manda.
Suara decitan pintu terbuka memenuhi ruangan, membuat lamunan Marsha menjadi terbuyar oleh suara itu. Orang itu berjalan maju dengan dengan gaya coolnya.
"Lo?"
Orang itu tidak menjawab ia terus maju dan maju sampai ia sudah berada di hadapan Marsha sekarang.
"Iya ini gue, cepet sembuh ya Sha," suara baritonnya sangat terlihat jelas di pendengaran.
"Lo kenapa ada disini?" Pertanyaan Marsha bagaikan sebuah pertanyaan yang sulit sekali untuk dijawab.
"Gu-e kesini karena gue yang nganter lo ke rumah sakit," jawabnya dengan nada yang sedikit gugup.
Marsha hanya berohria, tapi ia sedikit tidak percaya dengan apa yang di katakan Koko. Apakah ia benar bahwa dia yang mengantarnya, pasalnya sebelum pingsan Marsha hanya melihat ada bayangan Dion yang membawanya kesini.
"Lo belum makan, makan dulu ya." Koko mengangkat mangkok bubur yang tergeletak begitu saja di nakas.
"Gue udah makan," tolak Marsha halus.
"Buah aja gimana, pasti lo suka," tanganya menaruh kembali mangkuk bubur diatas nakas, mengambil satu buah apel merah segar.
"Gue nggak mau!"
"Dion mana?"
Tiba-tiba urat lehernya serasa berhenti, ia tidak tahu harus berbicara dengan Marsha bagaimana. Pasalnya ia hanya di suruh oleh Dion untuk tidak mengatakan yang sebenarnya bahwa Dion lah yang membawanya ke rumah sakit. Entahlah ia juga tidak tahu kenapa Dion berpikir untuk berbohong kepada Marsha.
"Dion?" beo Koko.
"Dion nggak ada disini Sha, gue yang bawa lo kesini."
"Bohong! Dion kan yang bawa gue kesini! Gue bisa lihat Ko, sebelum gue pingsan Dion yang bawa gue kesini."
"Nggak Sha, gue yang bawa lo kesini bukan Dion."
Marsha masih tidak percaya, ia langsung menyibakkan selimutnya, mencabut selang infusan dengan cepat seraya berjalan mencari keberadaan Dion di luar. Marsha masih yakin pasti Dion masih berada disini.
"Dion kamu kemana!" teriak Marsha mengelilingi tubuhnya, matanya terus menyusuri setiap orang yang berada di luar ruangan.
"Dion pasti kamu kan yang bawa aku kesini, keluar Yon aku tahu kamu masih ada disini," isak Marsha seraya mendudukkan lututnya di lantai, Koko yang sedari tadi melihat semuanya di ambang pintu langsung menujunya.
"Sha," panggil Koko mensejajarkan tubuhnya di lantai, menghapus air mata Marsha seraya memeluknya dengan erat.
"Dion Ko," ucapnya sangat lirih. Koko bisa merasakan betapa sedihnya Marsha saat ini.
"Iya Sha," jawabnya yang terus mengelus puncak kepala Marsha. Koko sangat tidak suka Marsha sedih seperti ini, tapi ini yang terbaik untuk Marsha.
🌼🌼🌼
KAMU SEDANG MEMBACA
Marsha
Teen Fiction"BANGUN ... ANAK NYUSAHIN." "Mah... jangan... mah, Marsha minta... maaf," lirih Marsha tersedu-sedu, kala sebuah pukulan cambuk sudah melukai tubuhnya lagi dengan begitu kerasnya. "Saya tidak akan biarkan kamu ampun!" °°°°°°°° "Lo apaan si Man ngomo...