E N A M P U L U H E N A M

907 30 3
                                    

Jika boleh aku meminta aku ingin terus bisa bersamamu selalu

•••••

Cahaya malam di sertai dengan pendeteksi detak jantung membuat seorang gadis yang sedang terlelap dalam tidurnya perlahan-lahan membuka kedua bola matanya. Ia mengerjapkan beberapa kali matanya yang terlihat sangat buram untuk melihat sekitar.
Matanya mengabur saat padangannya melihat semuanya menjadi gelap.

"Mah," lirihnya pertama kali saat membuka matanya. Tapi, semuanya nampak sepi di ruangan ini, hanya ada beberapa lilin yang menyala di atas nakas.

Marsha mencengkram erat dadanya yang begitu sangat sakit. Mungkin gagal jantungnya sudah semakin parah saat ini, hidupnya mungkin tidak akan lama lagi di dunia.

"Kenapa semuanya gelap," gumamnya melihat kondisi ruangan ini begitu sangat gelap tidak ada cahaya yang masuk sama sekali. Hanya ada beberapa lilin saja yang di biarkan berdiri di atas nakas.

"Kamu sudah bangun." Seorang laki-laki dengan pakaian kemeja kotak-kotak serta celana denim menghampirinya dengan senyuman manis.

Marsha menghela nafas berat saat mendengar suara familiar yang tidak ingin ia dengar sekarang. Ia sangat benci dengan laki-laki ini ia tidak mau berurusan lagi dengannya. Dan benar saja di hadapannya sudah ada Dion yang sedang menampilkan senyuman paling manisnya, jujur Marsha belum pernah melihat senyuman semanis ini dalam hidupnya.

"Ngapain lo kesini?" tanya Marsha dengan tidak suka bersamaan dengan ia memalingkan wajahnya ke lain arah.

Hati Dion mencelos saat Marsha langsung memalingkan wajahnya. Sebegitukah dia membenci dirinya sekarang? Jika iya ini lebih baik sekarang. Ia tidak mau Marsha terluka karena terus mengingat kejadian-kejadian masa lalu.

"Kok pakai lo-gue, pake aku kamu aja ya?" pintanya dengan lembut yang masih menampilkan senyuman manisnya.

Marsha memutar bola matanya malas, siapa dia yang menyuruh-nyuruhnya.

"Lo siapa gue, lo nggak ada hak apapun. Inget itu!"

"Aku tahu, tapi kita masih bisa jadi sahabat kan." Dion mendekat memperkikis jarak di antara keduanya.

Tiba-tiba jantungnya berdebar sangat cepat saat Dion mendekat ke arahnya, apalagi dia tidak bisa memundurkan punggunya ke belakang atau ke pinggir karena tubuhnya terhalang oleh brankar.

"Lo mau ngapain, jauh-jauh lo!" Teriak Marsha saat Dion terus saja memajukan tubuhnya.

Dion tersenyum smirk, menatap Marsha dengan tatapan yang sulit di artikan. Marsha meneguk salivanya dalam-dalam saat melihat tatapan Dion yang sangat menakutkan sekarang.

"Jangan macem-macem lo, jauh-jauh dari gue." Marsha mengambil bantal yang ada di belakangnya seraya melemparkannya ke arah Dion.

Bukannya berhenti Dion masih saja terus mendekatinya, apalagi kini jaraknya tinggal beberapa centimeter saja.

"Lo mau ngapain si," risih Marsha saat melihat Dion terus saja menatapnya.

Marsha memalingkan wajahnya, saat Dion mulai membungkukan badannya. Kini hembusan nafas Dion sangat terasa jelas di lehernya membuat ia menjadi meremang.

"Ga usah takut," katanya menyelipkan beberapa helai rambut yang menghalangi wajah cantiknya.

Marsha hanya bisa diam saat tangan kekarnya itu memainkan ujung rambutnya, rasanya sangat nyaman ketika Dion memperlakukannya seperti ini.

"Lo cantik Sha," puji Dion yang memang sangat terpesona dengan kecantikan wajah Marsha. Hidung yang mancung serta bulu mata yang lentik di bola matanya yang terlihat sangat sipit.

MarshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang