Happy reading
Jika suatu hari nanti kau mencoba mencari apa yang sudah hilang, semoga kau tak mencari ku di sudut-sudut yang akan datang
~ Marsha.Pelajaran hari ini sangat tidak bersemangat bagi Marsha, cuman hanya menatap papan tulis tanpa mencerna penjelasan guru yang sedang menjelaskan, seraya terus memutar-mutarkan bolpoint di tangannya dengan menundukkan pandangannya ke arah meja.
Hari ini Marsha harus bisa mulai hidup sendiri tanpa ada orang lain yang ngebabaninya lagi. Karena kejadian olimpiade waktu itu masih membekas di hatinya. Ia terus di bully dan di jauhi oleh teman-teman sekelasnya. Tapi, sekarang Marsha harus merubah sikapnya perlahan-lahan, ia tidak boleh menjadi Marsha yang lemah seperti dulu. Sekarang ia harus berubah menjadi Marsha yang kuat.
Ia melirik sebentar ke bangku Manda yang terlihat sedang duduk sedirian disana, dulu setiap mata pelajaran di mulai Manda selalau saja mengajaknya untuk mengobrol entah itu mengobrol hal-hal spele atau tentang cerita-cerita masa lalu. Marsha menggeleng kepalanya lemah sekarang ia tidak bisa lagi bersama Manda, menuliskan tanda silang x dalam bukunya.
Dan setelahnya ia melihat bangku kosong di pinggir Manda, biasanya juga ketika ia duduk dengan Manda. Dion selalu saja mengganggunya atau tidak mengajaknya berbicara sebelum bel pelajaran di mulai. Tapi ketika melihatnya hati Marsha merasa sakit kembali ketika Dion mengajaknya untuk berpisah secara sepihak. Ia mulai menandakan tanda x di bukunya menandakan jika Dion dan Manda tidak bisa lagi untuk bersamanya.
🌼🌼🌼
"Sha, jadi kan kamu bantu aku di osis," ucap salah seorang gadis berparawakan tinggi dengan warna kulit kuning langsatnya, dan tidak lupa dengan sebuah bandana yang menghiasi kepalanya.
Marsha yang di ajak bicaranya hanya menganggukan kepalanya sekali sebagai persetujuan.
"Yeay makasih ya, lo adalah teman gue yang paling baik yang gue miliki," peluknya yang terus memeluk erat Marsha dari samping.
"Hmm."
"Hai Ca," sapa salah satu orang osis di depan pintu yang melihat kedatangan Caca disana.
"Hai juga, udah pada kumpul semua?" tanya Caca kepada Gita panitia penyelenggara perpisahan sekolah tahun ini.
Gita menengok ke belakang melihat hanya ada beberapa orang saja yang berkumpul, "belum baru beberapa," jawabnya yang masih menatap ke arah Marsha dengan tidak suka.
"Kenapa lo bawa si bodoh itu?" tanyanya ketus penuh dengan ketidaksukaan di wajahnya.
Marsha terdiam di tempat, ia sudah tahu pasti orang-orang akan tidak menyukainya disini.
"Gue yang ajak Git, kan anggota kita kurang dua orang untuk penyelenggaraan perpisahan," jawab Caca seraya melirik ke arah Marsha yang terlihat sangat tidak baik di wajahnya.
"Tapi nggak usah bawa dia juga Ca! kan banyak orang-orang di luaran sana yang mau jadi penyelenggara perpisahan!" ketusnya dengan nada tinggi.
"Iya gue tahu banyak orang-orang yang mau jadi panitia penyelenggara perpisahan. Tapi, apa lo juga tau bahwa nggak semua orang di luaran sana juga bisa jadi penyelenggara osis, malahan gue udah ajakin semua teman-teman gue buat bantu perpisahan ini sebelum gue ngajak Marsha. Tapi nyatanya semua pada nolak, dia bilang alasannya nanti capek lah ini lah dan banyak banget alasan lainnnya. Dan disaat gue hubungi Marsha untuk bantu gue di penyelenggara perpisahan ini Marsha bersenang hati untuk membantu kita tanpa ada alasan lainnya," jelas Caca yang tak mengerti dengan para teman-temannya yang selalu saja melihat Marsha sebelah mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marsha
Teen Fiction"BANGUN ... ANAK NYUSAHIN." "Mah... jangan... mah, Marsha minta... maaf," lirih Marsha tersedu-sedu, kala sebuah pukulan cambuk sudah melukai tubuhnya lagi dengan begitu kerasnya. "Saya tidak akan biarkan kamu ampun!" °°°°°°°° "Lo apaan si Man ngomo...