°Kalo lupa sama ceritanya, baca ulang lagi aja yups part kemarin.
Note: Bacanya sambil rebahan, pake selimut, dan pasang earphonenya dengan putar lagu mellow yup.
Aku udah saranin ya di atas, supaya bacannya tambah asikk😘💛💛
"Karena bahagia bukan dari kita memisahkan kebahagian orang lain, tapi ketika kita bisa membuat orang lain ikut bahagia bersamanya."
~Manda lia putri~Manda melangkah dengan gontai, kenapa hari ini seperti hari menyakitkan dalam hidupnya. Harus terpisah oleh perasaan dan kenyataan bahwa Koko tidak akan pernah bisa mencintainya. Hanya orang yang mempunyai haluan sangat tinggi yang bisa berpikiran seperti itu, ya dialah orangnya halu dengan kenyataan bahwa Koko akan mencintainya. Tapi semenjak ia melihat tawa lepas tanpa bebannya dengan Marsha, ia sadar bahwa mencintai bukan satu orang yang terikat. Melainkan dua hati yang saling terikat, seperti seutas tali yang tidak memiliki ujungnya untuk saling di ikat, pasti akan putus juga di tengah perjalanan.
"Manda!" teriak seseorang dari belakang, membuat Manda yang sedang menundukkan kepalanya terangkat untuk menoleh.
"Ada apa?"
"Lo kenapa?" tanyanya balik saat melihat betapa muramnya gadis di hadapannya ini.
"Nggak kenapa-napa." Manda terus berjalan menghiraukan ucapan Caca yang terus bertanya tentang keadaannya. Manda sangat malas untuk bercerita.
"Kalau ada masalah ceritain aja Man, jangan di pendem," tuturnya merangkul pundak Manda untuk duduk di sampingnya.
Manda melirik, melihat betapa pedulinya Caca saat ini. Sudah banyak kesalahan yang ia perbuat padanya. Tapi kenapa Caca masih peduli dengannya, harusnya dia meninggalkannya sendirian. Seperti orang-orang lain.
"Kenapa peduli sama gue. Gue jahat Ca, gue jahat!" Manda tidak suka ada orang yang cuman pura-pura baik kepadanya. Ia tahu bahwa orang-orang disini tidak menyukainya.
Caca menghela napas panjang, ia tahu bagaimana Manda sekarang. Manda yang rapuh dan butuh teman untuk bersandar, bukan Manda yang egois seperti dulu. Orang-orang tidak tahu bagaimana seseorang menyembunyikan kesedihannya, mereka cuman tahu apa yang di lihat oleh mata bukan di lihat dari hati.
"Lo nggak jahat Man, lo orang baik yang pernah gue temuin di dunia ini." Menarik kedua lengkung sudut bibirnya untuk tersenyum.
"Kenapa lo bisa selalu bahagia si? Kenapa gue nggak bisa bahagia!" Manda kesal karena semua orang bisa bahagia, kenapa dirinya tidak? Apakah karena ia jahat yang tidak bisa mendapatkan kebahagiaanya.
Caca tidak pernah mendengar Manda berbicara seperti itu, mengobrol dengannya panjang lebar karena sebuah curhatan sangat jarang sekali ia dengar. Sudah sekian lamanya Manda bisa seperti dulu. Manda yang selalu suka bertanya-tanya tentang hal-hal yang ia tidak mengerti dalam hidupnya.
"Hidup itu bukan soal tentang bahagia, nggak muluk-muluk tentang bahagia terus. Ada waktu dimana kita bisa terluka dan sakit berulang-ulang karena waktu yang lama. Lo tanya kenapa gue bisa bahagia? Karena gue mensyukuri apa yang gue miliki. Walau yang gue miliki sekarang sangat menyakitkan tapi kita harus menerimannya dengan lapang dada. Ikhlas. Karena bagian itu lah yang bisa membuat hati menjadi damai dan bahagia." Caca tersenyum kecut menatap pohon rindang di atasnya terlihat lebih baik dari pada menunduk ke bawah. Hanya bisa membuat semuanya sia-sia ketika menunduk.
Manda merilik Caca di sampingnya, terlihat sangat murung untuk menengok. Wajahnya terlihat bahagia tapi tidak tentu semuanya bahagia atau tidak, ia tahu bahwa Caca menahan air matanya untuk tidak jatuh saat itu juga. Mengayun-ayunkan kakinya ke udara adalah salah satu cara Caca untuk menyembunyikan kesedihannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marsha
Ficção Adolescente"BANGUN ... ANAK NYUSAHIN." "Mah... jangan... mah, Marsha minta... maaf," lirih Marsha tersedu-sedu, kala sebuah pukulan cambuk sudah melukai tubuhnya lagi dengan begitu kerasnya. "Saya tidak akan biarkan kamu ampun!" °°°°°°°° "Lo apaan si Man ngomo...